Ini Peluang dan Ancaman terhadap Harga Bitcoin

Mungkin agak lebay jikalau mengatakan ini: Bitcoin yang sudah naik lebih dari US$12 ribu sangat istimewa, karena bertepatan di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Jikalau pun tidak lebay, anggap saja sebagai cara mudah pengingat sejarah, bahwa setelah tanggal itulah, kelak Bitcoin bakal naik lebih tinggi lagi. Berapa?

Pastinya sulit memastikan kapan dan berapa, tetapi faktor fundamental yang ada, disertai dengan fakta teknikal bisa memberikan gambaran kuat tentang apa yang kelak terjadi masa depan.

Fundamental
Soal faktor fundamental, berkali-kali kami tuliskan di blog Triv ini, mulai dari semakin terbukanya Visa dan Mastercard di industri blockchain-aset kripto, termasuk hal serupa oleh Kantor Pengawas Dolar AS (OCC) yang berada di bawah Kementerian Keuangan AS.

Selain itu ada penyusulan perusahaan besar yang membeli Bitcoin, mengikuti langkah Paul Tudor Jones, yakni MicroStrategy.

Belum lagi jikalau merujuk mantan “pembenci Bitcoin”, yakni Goerge Ball yang akhirnya pro Bitcoin. Dia adalah dedengkot Wall Street, yang juga mantan eksekutif Prudential Securities.

Di negara lain juga demikian, regulator semakin mengakomodir pasar aset kripto dengan segenap peraturannya, mulai dari Swiss hingga Korea Selatan yang merestui bank untuk melahirkan layanan kustodian aset kripto. Ini sama dengan keputusan OCC itu.

Teknikal
Sedangkan untuk urusan teknikal, sangat bergantung pada skala waktu (timeframe) yang Anda gunakan. Dalam hal ini kami memanfaatkan skala 1 mingguan dan bulanan, bahwa harga telah menembus batas atas pola segitiga.

Selain itu, kami memanfaatkan indikator RSI (Indeks Kekuatan Relatif) untuk mengukur pola kenaikan harga relatif dibandingkan dengan penguatan pada dua Bitcoin Halving sebelumnya.

Pertama, pada skala 1 mingguan. Bitcoin telah mampu menembus garis batas pola segitiga, yakni di kisaran US$9.860 (20 Juli 2020). Inilah awal penguatan hebat pada 28 Juli 2020 lalu, ketika Bitcoin mampu menembus di atas US$10 ribu.

Dalam skala 1 mingguan itu pula, kita lihat puncak tertinggi baru adalah US$12.436 yang terbentuk pada 17 Agustus 2020.

Nah, harga itu sudah berhasil menembus resistensi pada 5 Agustus 2019, yakni US$12.278. Ini artinya sang Raja Aset Kripto berhasil mencapai harga tertinggi selama lebih dari 365 hari.

Keberhasilan itulah yang memaksa Bitcoin melakukan uji tembus ke wilayah US$13.062 dan US$13.900 sebagai resisten amat kuat selanjutnya. Masing-masing mereka terjadi pada 8 Juli 2019 dan 24 Juni 2019.

Harga menembus pola segitiga itulah yang memastikan potensi Bitcoin bisa mencapai harga tertinggi sepanjang masa, yakni US$19.300 (11 Desember 2017) di masa yang akan datang

Namun, dalam skenario terburuk, sebelum mencapai atau setelah menembus resisten US$13.900, ada kemungkinan harga menukik di kisaran US$4.376.

Pun ada potensi turun ke wilayah itu setelah mencapai harga tertinggi sepanjang masa. Dalam skala 1 mingguan, bisa terjadi pada medio Desember 2021.

Bull Run Versi RSI
Memanfaatkan model Stock-to-Flow dan memadukannya dengan indikator RSI (Indeks Kekuatan Relatif), saat ini skor RSI Bitcoin adalah 64, mengulang pola serupa dengan bull run 2016-2017 silam.

Indikator ini dikemukakan oleh pencipta model Stock-to-Flow pada Bitcoin oleh PlanB, pada 18 Agustus 2020 lalu.

Kesimpulan
Berdasarkan fakta-fakta fundamental di atas, bahwa semakin besar adopsi terhadap Bitcoin oleh perusahaan-perusahaan besar tradisional dan sikap terbuka pemerintah, membawa angin segar terhadap peningkatan nilai dan harga Bitcoin.

Namun di saat yang sama, adopsi selayaknya juga akan memberikan tekanan kepada Bitcoin seiring waktu berjalan. [*]

Comments are closed for this post.