Kraken Berencana Tinggalkan Jepang
Hari Selasa lalu, Kraken mengumumkan bahwa mereka akan menutup layanan mereka di Jepang. Hal ini dilakukan menyusul kalkulasi yang menyebutkan bahwa biaya operasi di Jepang sangat tinggi, sehingga efisiensi harus dilakukan perusahaan tersebut untuk mendapatkan profit yang tetap tinggi.
Kraken sendiri merupakan perusahaan penyedia platform pedagangan mata uang kripto nomor 10 terbesar di dunia setelah GDAX milik Coinbase. Perusahaan ini akan menutup layanannya di Jepang sehingga masyarakat Jepang tidak dapat mengakses platform mereka. Namun mereka tidak menutup kemungkinan untuk membuka kembali layanan tersebut di masa depan.
Kraken menambahkan bahwa penutupan ini akan berdampak kepada para pengguna di dalam negeri Jepang, namun tidak berdampak signifikan kepada mereka yang berada di luar Jepang.
Padahal Jepang merupakan negara surga mata uang kripto, di mana 60% transaksi mata uang kripto dilakukan di Jepang. Hal ini sangat dimengerti, sebab sejak tahun lalu pemerintah Jepang telah mengumumkan bahwa mata uang kripto Bitcoin merupakan alat pembayaran yang sah di negeri tersebut.
Namun sejak peristiwa hacking yang menimpa Coincheck pada Januari lalu, regulator memperketat aturan dengan memaksa semua platform mata uang kripto mendaftarkan bisnis mereka dan memperoleh izin yang sah.
Coincheck telah kehilangan USD500juta dalam bentuk mata uang kripto NEM, setelah hacker berhasil membobol wallet online mereka.
Regulasi ini berdampak dengan hengkangnya beberapa platform trading besar dari negara tersebut. Binance pun sudah mendapatkan peringatan dari regulator agar segera mengurus izin, meskipun ada kemungkinan platform Binance pindah ke negara lain seperti Malta yang lebih lunak terhadap industri yang baru seumur jagung ini.