Kripto Abal-abal dan Kumbang Goreng

Sekali peristiwa, seorang pegiat kripto berbagi kisahnya kepada kami. Belum lama ini ia berkesempatan hadir dalam sebuah “pertemuan blockchain” di sebuah kota di Pulau Sumatera. Singkat cerita, ia larut dalam sebuah perbincangan singkat nan menarik dengan beberapa orang lain yang hadir di acara itu.

Sang lawan bicara bilang hakul yakin dengan kripto yang diperkenalkan dalam acara tersebut, karena proyeknya jelas, di antaranya memiliki sebidang di tanah di luar negeri yang akan dijadikan kompleks apartemen dan pusat hiburan. Tak hanya itu, kripto itu nantinya dapat digunakan sebagai alat pembayaran selayaknya kartu debit. Ketika si pegiat kripto bertanya, apakah dia pernah melihat langsung tanah proyek yang dimaksud, si lawan bicara menggelengkan kepalanya, lalu bilang,”Memang saya belum lihat, tetapi ada kawan saya yang langsung ke sana dan melihat proyek properti yang sedang berjalan.”

Tanpa bermaksud mengecilkan hati lawan bicara, si pegiat kripto hanya tersenyum simpul lalu undur diri dari perbincangan itu, yang kalau diteruskan bisa meruncing ke isu kripto abal-abal. Ya, abal-abal. Istilah itu menjadi pendekatan menarik bagi perkembangan blockchain dan kripto dewasa ini. Kami mulai dulu dari istilah abal-abal itu sendiri. Awam mengetahui “abal-abal” berarti “tidak bermutu baik atau bermutu rendah”. Dalam KBBI Daring di website Kemendikbud Republik Indonesia, disebutkan lema (entry) pertama “abal-abal” artinya “penjahat kelas kakap” selain makna kedua itu. Namun jelas, kedua-duanya memiliki makna negatif.

Berdasarkan data dari Deadcoins, ada 171 proyek kripto yang berkategori scam. Dari yang mulai tak jelas siapa pembuatnya hingga penyelenggara proyek yang seolah-olah jelas manusianya, tetapi melarikan dana publik setelah ICO usai. Sedangkan proyek kripto yang dihentikan sepenuhnya mencapai 669.

Data lebih serius disajikan oleh Satis Group pada Juli 2018 lalu. Satis menyebutkan 80 persen dari 1500 ICO saat ini adalah scam dan hanya 8 persen di antaranya benar-benar “dikawal” hingga masuk ke exchanger. Angka 1500 itu naik tinggi selepas tahun 2013, di mana jumlah ICO baru 14 saja.

Sebenarnya data ini tidaklah mengherankan, ketika Anda bisa mencari tahu sendiri, bahwa untuk membuat sebuah token digital dengan teknologi blockchain sangatlah mudah. Untuk yang ber-platform Ethereum dengan fitur smart contract-nya, Anda hanya perlu beberapa baris kode program saja. Anda bukan programer? Silahkan copas saja kode program-nya, itu banyak tersedia di Internet. Beberapa platform lainnya, yang sudah memiliki pendekatan BaaS alias Blockchain as a Service, membuat token jauh lebih cepat lagi ketimbang membuat token di Ethereum. Tak sampai 30 menit lamanya.

Kemudahan membuat token adalah celah besar dari peristiwa scam yang dimaksud Satis itu. Tetapi itu bukan berarti kita menyalahkan hadirnya sistem blockchain tersebut. Yang harus disoroti adalah seberapa luas token itu dapat digunakan untuk penggunaan nyata di kehidupan sehari-hari. Jikalau misalnya token bisa ditukarkan dengan voucher pembelian makanan cepat saji di seantero negeri, itu bisa jadi luar biasa. Tetapi, kalau diklaim nanti di masa depan digunakan untuk membeli sebuah apartemen yang proyeknya sendiri belum selesai, lalu dipercaya serta merta adalah nyata, ada baiknya tahanlah langkah Anda.

Proyek ICO hari ini dan di masa depan bukanlah perkara mudah. Jikalau ada muzijat harga naik seribu kali lipat, itu artinya keberuntungan. Setidaknya kita bisa mendaku nubuat Vitalik Buterin, salah seorang pendiri Ethereum. Katanya, kepada Bloomberg Sabtu lalu, tidak akan ada lagi kenaikan 1000 kali lipat di industri kripto dan blockchain. Artinya, barangkali sudah semakin orang mempelajari blockchain dengan segala kasusnya dan semakin dewasa menghadapi segala peluang cuan yang bisa diperolehnya.

Mulai 2018, pasar kripto mengalami penurunan drastis dalam hal kapitalisasi pasar total seluruh kripto. Pada Januari 2018, kapitalisasi pasar total kripto berada di nilai US$ 828 milyar. Titik puncak ini kemudian diikuti penurunan secara bertahap dengan beberapa kenaikan di antaranya. Tetapi kini angka tersebut merosot menjadi US$ 198 milyar, yang merupakan titik terendah sejak awal November 2017, menurut CoinMarketCap.

Kota, tempat perbincangan si pegiat kripto itu tidaklah jauh dari negeri Filipina, di mana “abal-abal” bisa disantap senikmat keripik singkong nan gurih. Di negeri berbahasa Tagalog itu, abal-abal adalah panganan kumbang goreng yang sangat popular. Sebelum mati dan digoreng, kita tahu para kumbang memang doyan “menghisap madu” dari bunga yang mekar. [vins]

 

Be the first to write a comment.

Your feedback