Memahami Bitcoin Lightning Network

Bitcoin Lightning Network (LN) adalah solusi atas masalah skalabilitas yang dihadapi oleh Blockchain Bitcoin sejak awal ia diperkenalkan pada tahun 2008/2009. Kita tahu sendiri agar satu transaksi di Blockchain Bitcoin bisa dikonfirmasi perlu waktu 30-60 menit. Itulah waktu yang diperlukan agar Bitcoin bisa diterima alias dikirimkan. Satoshi Nakamoto beralasan, dan itu diamini oleh kaum penghayat Bitcoin, rentang waktu itu agar transaksi Bitcoin lebih aman.

Secara teknis Bitcoin memang dirancang seperti itu, di mana ribuan simpul (node) dalam jaringan Bitcoin “sepakat” atas transaksi tersebut. Jadi, tidak hanya sebagian. Itulah salah satu penyebab proses konfirmasi menjadi lama. Di satu sisi, karakter seperti itu dianggap sebagai nilai tersendiri terhadap Bitcoin, bahwa satu objek dianggap bernilai tinggi, jika prosesnya lama, tetapi hasilnya jelas.

Namun, di sisi lain, yang juga penghayat Bitcoin merasa skalabilitas Bitcoin harus dipecahkan dengan beragam pendekatan. Selain LN, sebelumnya ada yang meningkatkan blok transaksi Bitcoin dari 1 MB per blok menjadi 5 bahkan 10 MB per blok. Inilah yang menjadikan Bitcoin “terpecah” menjadi versi lainnya, seperti Bitcoin Cash, Bitcoin Gold, dan Bitcoin SV. Masalahnya, dengan besaran blok yang besar bukan berarti proses transfer menjadi lebih cepat, di kala mining difficulty-nya juga tinggi.

Di keterbatasan pendekatan itu, datanglah LN dengan pendapat yang jauh berbeda. Caranya adalah tidak dengan meningkatkan ukuran blok transaksi, tetapi mengonfirmasi transaksi di luar blockchain Bitcoin alias off-chain. Jadi, ukuran blok Bitcoin tetap 1 MB, tetapi sebelum data transaksi direkam di blockchain Bitcoin, maka semua transaksi dilakukan dulu di luar blockchain agar kecepatan lebih tinggi dan fee transaksi lebih murah.

Lightning Network Labs sudah membuktikan itu sejak pertengahan tahun 2018 dengan membuat protokol LN khusus untuk Bitcoin. Secara teknis ini disebut sebagai second layer of blockchain. Prinsipnya sangat sederhana sekali dengan elemen utama sebagai berikut: payment channel, double signature wallet, peer-to-peer.

Yang dimaksud dengan payment channel adalah saluran khusus untuk melakukan pembayaran. Ini memang dirancang sedemikia rupa, agar proses pembayaran barang atau jasa berlangsung lebih cepat, nyaris instan. Payment channel ini ibarat terowongan yang menghubungkan antara dua atau beberapa pihak yang ingin melakukan transaksi. Setiap pihak yang ingin membayar, katakanlah sebesar 0,05 BTC kepada pihak lain misalnya toko online.

Maka sang pembeli menyimpan 0,05 BTC atau lebih di satu wallet khusus, di mana pembeli dan pengelola toko online dapat melihatnya. Tetapi, transaksi ini hanya dapat dilakukan, ketika kedua belah pihak menyetujuinya. Itulah sebabnya model transaksi ini disebut sebagai double signature wallet.

Lantas, ketika transaksi selesai (bisa satu atau ribuan kali), barulah transaksi itu dianggap sebagai satu transaksi tunggal yang lalu disimpan ke dalam Blockchain Bitcoin (on-chain/divalidasi oleh para miner).

Kemudian, aspek peer-to-peer adalah metode pada LN ini, di mana jikalau satu payment channel tidak aktif, maka payment channel lainnya tetap dapat digunakan untuk transaksi yang sama atau berbeda. Ini menanggulangi adanya pembayaran yang harus segera dilakukan, tetapi salurannya tidak tersedia.

Perkembangan LN saat ini sudah sangat pesat dengan jumlah node LN yang semakin banyak. Namun, ada pihak yang tidak suka dengan hadirnya LN ini, karena dianggap “mencederai” nilai awal Bitcoin, bahwa semua transaksi haruslah on-chain. LN dianggap sebagai sentralisasi Bitcoin, karena mayoritas fee transaksi tidak diberikan kepada miner, tetapi kepada pembuat payment channel, termasuk perancang sistem LN itu sendiri. Kendati feenya sangatlah kecil, tetapi jikalau transaksinya banyak dan berkali-kali, maka Bitcoin yang dikumpulkan juga banyak.

Jadi, saat ini LN tumbuh besar dan banyak disokong, tetapi sekaligus dicerca. Ini jelas dilematis. Di satu sisi kita perlu Bitcoin yang transaksinya cepat dan murah. Tapi, di sisi lain LN dianggap aspek sentralistik di Blockchain Bitcoin yang sebenarnya relatif desentralistik (ada dominasi Mining Pool, produsen ASIC miner) dan peran miner sesungguhnya adalah “middleman” dalam jaringan Bitcoin yang peer-to-peer.

Kelak, jikalau teknologi LN semakin canggih, ini dapat diterapkan di bursa kripto agar transaksi perdagangan lebih likuid dan menaikkan pamor Bitcoin itu sendiri. [*]

Be the first to write a comment.

Your feedback