Menyikapi Penutupan Tambang Bitcoin di Tiongkok
Pemerintah Tiongkok kian bersikap keras terhadap pengelola tambang Bitcoin di sejumlah provinsi di negeri itu. Bagaimana kita menyikapinya?
Sejak Mei 2021, Pemerintah Pusat di Beijing mengeluarkan peraturan soal pembatasan dan berlanjut ke penutupan tambang Bitcoin yang menyedot arus listrik yang besar.
Khusus soal tambang Bitcoin, berpangkal dari keinginan Tiongkok untuk menekan jumlah emisi karbon, di mana salah satunya penyumbangkan terbesar adalah dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
Kebijakan itu bersamaan dengan penutupan akses perbankan yang terkait dengan aset kripto, khususnya penukaran kripto menjadi yuan.
Sejak pekan lalu, tambang Bitcoin di Inner Mongolia, Xinjiang, Qinghai dan kini di Yunnan sebagian sudah diperintahkan tutup dan tidak boleh beroperasional lagi.
Xinjiang misalnya berada di peringkat kedua provinsi tempat tambang Bitcoin. Sichuan berada di tempat pertama, yang saat ini juga mulai bernasib serupa.
Maklumnya, Tiongkok mendominasi tambang Bitcoin secara global yang mencapai 65 persen.
Sebagian besar masih mengandalkan pembangkit listrik tenaga batubara yang dianggap tidak ramah lingkungan.
Dampaknya cukup serius, hash rate tambang Bitcoin global terus melorot dan harga Bitcoin juga terimbas.
Menyikapi Itu
Sejatinya larangan demi larang Tiongkok terkait kripto sudah berlangsung sejak tahun 2013.
Hanya saja di tahun 2021 ini semakin ketat dan kemungkinan besar tidak berlaku surut.
Maka, adalah lazim sejumlah investor dan trader menilainya sebagai sentimen pasar yang buruk.
Namun demikian, tidak seburuk yang mungkin Anda bayangkan.
Misalnya dari sisi harga Bitcoin yang turun 40 persen dari puncak tertingginya, bukanlah gara-gara kebijakan Tiongkok dan lantas ocehan Tesla dan Elon Musk.
Itu bukanlah faktor utama. Kalau menggunakan data, beberapa hari setelah menyentuh puncak, sebenarnya harga Bitcoin sudah menyentuh wilayah overbought, daya beli menurun, sehingga aksi jual tak terhindarkan.
Bahkan pada time frame mingguan, harga Bitcoin masih dalam tren turun.
Dengan kata lain, kondisi ini memang biasa-biasa saja dalam pasar kripto. Jadi, tidak perlu panik berlebihan.
Nah, bagaimana soal penutupan tambang Bitcoin? Soal ini juga sederhana.
Permintaan terhadap Bitcoin pada dasarnya belum surut, sehingga penambang bisa dengan mudah pindah ke negara lain, sehingga hash rate bisa normal seperti sediakala.
Lihatlah kabar beberapa hari lalu, sejumlah penambang sudah mulai mengirimkan alat tambang mereka ke Amerika Utara dan ke Eropa Timur.
Mereka akan bersiap beroperasi di sana, jauh dari negerinya.
Namun yang jelas kita tahu kapan itu akan normal dan kita akan menikmati harga-harga Bitcoin yang tinggi lagi, agar kripto lain pulih seutuhnya. Kita patut bersabar dan menanti. [triv]