Pasar Basah Kripto Indonesia

Sangat menarik menerokai soal sejumlah bursa kripto asing yang beroperasi di Indonesia akhir-akhir ini. Tanpa menyebutkan mereknya, setidaknya ada tiga berasal dari Singapura dan masuk dalam top 100 global bursa kripto versi Coinmarketcap.com. Selebihnya berasal dari Tiongkok dan London, tetapi masuk dari dua negara yang berbeda, yakni masing-masing dari Singapura dan Malaysia. Jikalau ditotal, setidaknya ada 6 perusahaan bursa kripto asing yang beroperasi di Indonesia. Bandingkan dengan bursa kripto lokal yang sudah ada belasan.

Intinya, pasar kripto Indonesia dengan jumlah populasi kaum milenial yang banyak, apalagi generasi setelah milenial yang kian tumbuh dewasa, adalah target pasar yang sedap. Setidaknya menyasar secara khusus terhadap generasi milenial yang sudah paham soal pasar saham.  Ini yang bisa jadi acuan, sebab sangat besar kemungkinan pemain saham atau valas senior (kaum milenial atau generasi sebelumnya), ada juga masuk ke pasar kripto ini. Mereka mungkin juga memiliki sudah mapan dan memiliki sudut pandang investasi yang lebih modern dan tahu cara mengukur risikonya.

Berdasarkan data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), seperti yang dilansir oleh Liputan6.com, jumlah investor perorangan atau Single Investor Identification (SID) di pasar modal yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai 1,5 juta orang. Direktur KSEI, Syafruddin mengatakan, dari jumlah tersebut didominasi oleh investor anak muda atau kaum milenial. KSEI mencatat dunia investasi tidak lagi identik dengan usia tua.

Data menunjukkan untuk investor rentang usia 21-30 tahun sebanyak 34,08 persen, kedua usia 31-40 tahun sebanyak 25,64 persen, ketiga 41-50 tahun sebanyak 19,16 persen, usia 51-60 sebanyak 10,98 persen, usia 61-70 tahun sebanyak 4,23 persen dan usia di atas 70 tahun sebanyak 1,52 persen.

“Usia masih muda-muda. Kalau dari jenis kelamin juga terlihat pria masih lebih banyak mencapai 59,4 persen. Sisanya perempuan. Dari pendidikan juga terlihat lulusan S1 51 persen, minimal pendidikan SMA banyak juga sekitar 31 persen,” kata Syafruddin.

Lalu seberapa besar peluang bursa kripto asing yang menggelar tikarnya di Indonesia. Ada sejumlah variabel, tetapi mungkin tak dapat dijadikan patokan khusus. Misalnya, ada sejumlah bursa yang memiliki volume perdagangan besar dengan jumlah pair kripto yang banyak. Ini bisa jadi ancaman terhadap bursa kripto lokal yang hanya punya satu atau dua pair kripto.

Tapi, sebentar. Kita letakkan dulu apa itu definisi bursa. Bursa secara singkat adalah pasar, tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam definisi lebih spesifik, bursa adalah sebuah pasar yang sangat terorganisasi, yang mempertemukan pembeli dengan penjual, tanpa mereka tahu siapa lawan transaksi mereka. Bursa, biasanya sebagai tempat perdagangan efek (saham), komoditas, mata uang, dan kontrak berjangka dan kontrak hak beli/jual.

Bursa Saham Indonesia (BEI), misalnya adalah pasar tempat mempertemukan antara penjual dan pembeli saham, yakni perusahaan pialang/broker yang mewakili individu atau perusahaan yang ingin membeli atau menjual saham itu. Individu atau perusahaan itu tidak bisa melakukan perdagangan secara langsung, harus melalui perusahaan pialang itu. Individu atau perusahaan hanya bisa melakukan order beli atau jual melalui perusahaan pialang.

Berbeda dengan bursa valas (valuta asing/mata uang), dapat dilakukan langsung oleh individu tanpa melalui broker. Pengguna cukup menggunakan platform khusus dan bisa langsung melakukan perdagangan (jual beli).

Konsep langsung inilah yang sejak diadopsi oleh bursa kripto. Ia tak memiliki broker sebagai perantaranya. Jikalau pun itu ada, sifatnya business to consumer, di mana pengguna individu atau perusahaan tak perlu capek-capek melihat grafik pasar dan melakukan order jual-beli di platform.

Namun, di sejumlah besar bursa kripto bisa melakukan trading secara online, mempertemukan banyak penjual dan pembeli dengan beraneka harga. Ini yang lebih dekat dengan konsep marketplace, di mana satu aset memiliki harga yang terus berubah dalam hitungan detik dengan memasukkan sejumlah order beli dan jual.

Namun, ada pula perusahaan yang cukup sederhana menjual aset ini dengan jumlah aset yang sedikit. Artinya penyedia seperti ini, pembeli dan penjual bisa mendapatkan asetnya secara instan tak perlu berlama-lama, tetapi memiliki daya saing lebih tinggi berbanding bursa seperti disebutkan di atas. Misalnya ada peluang arbit, jika di satu waktu membeli di bursa tukar instan, lalu dijual ke bursa yang tidak instan. Rasio beli dan jual adalah capital gain-nya.

Lalu, apa hubungan ini dengan persaingan bursa kripto asing versus Indonesia. Begini, ada satu aspek, di mana ada orang yang tak ingin berpeluh ria untuk mendapatkan aset kripto dengan cara lama (cara trading, menunggu tawaran aset bisa terjual). Ada orang yang lebih ingin bisa beli dan jual bitcoin dengan cepat. Inilah pangsa pasar bursa kripto di Indonesia yang hanya punya aset yang sedikit, tetapi likuid, seperti BTC dan ETH. Jadi, buat apa bursa kripto Indonesia menjual puluhan kripto sekaligus, tetapi tidak likuid, lalu tiba-tiba delisted? Jika ini terjadi, yang rugi adalah kedua belah pihak, yakni penyedia platform dan konsumennya.

Jadi, persaingan pasar kripto di Indonesia dewasa ini adalah sehat dan justru menumbuhkan semangat para pengelolanya. Siapa yang bisa berikan layanan terbaik kepada pelanggan adalah yang terbaik. Siapa yang memberikan jaminan keamanan tingkat tinggi adalah yang terbaik. Dan siapa yang suka tipu-tipu, bersiapkan gulung tikar, karena konsumen era sekarang sangat cerdas.

“Menurut saya, kripto dengan market cap yang kecil lebih riskan seperti penny stock. Ini lebih membahyakan investor. Jika ingin berinvestasi di kripto, paling aman tentu Bitcoin yang telah teruji selama 10 tahun. Toh, jikalau total pasar kripto naik, secara otomatis Bitcoin juga ikut naik. Dan tidak ada kemungkinan untuk Bitcoin menjadi nol atau bangkrut seperti kripto-kripto dengan market cap kecil. Contoh kasus terbaru adlaah NEM yang terancam bangkrut karena kehabisan dana,” kata CEO Triv, Gabriel Rey.

Kata Rey lagi, banyak orang yang tidak paham Bitcoin dengan mengatakan Bitcoin bisa kembali ke nol. Menurut Rey, hal tersebut sangat tidak mungkin, mengingat mulai banyaknya pengguna kripto.

Rey menyarankan, investor disarankan mulai “membagi keranjang” investasi kriptonya dengan dengan saham, emas ataupun, valas. Sehingga ini sesuai dengan nasihat investasi yang terkenal: Don’t put all your eggs in one basket. []

Be the first to write a comment.

Your feedback