Perusahaan Pimpinan Pendiri Twitter Ini Beli 4.709 Bitcoin Senilai Rp738 Miliar
Menyusul langkah perusahaan publik MicroStrategy membeli Bitcoin pada Agustus dan September 2020 lalu, kini Square, perusahaan publik pimpinan Pendiri Twitter Jack Dorsey, memutuskan hal serupa. Mereka membeli Bitcoin senilai 50 juta USD (Rp738 miliar). Buat apa?
Pengumuman pembelian itu dikabarkan pada 8 Oktober 2020 malam hari. Jumlah Bitcoin yang dibeli memang jauh lebih kecil daripada MicroStrategy, yakni hanya 4.709 BTC.
“Kami percaya bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk menjadi mata uang yang lebih tersebar di mana-mana di masa depan,” kata Amrita Ahuja Chief Financial Officer Square.
Namun yang pasti, “Gerakan Square” itu pun pun mendorong harga Bitcoin naik cepat, setidaknya dari Rp156 juta menjadi Rp160 juta per BTC dalam rentang beberapa jam saja.
Per 8 Oktober 2020 pukul 23:09 WIB, harga Bitcoin menguat 2,74 persen dalam 24 jam terakhir di kisaran Rp160,5 juta per BTC berdasarkan data dari Coinmarketcap.com.
Langkah Square tentu saja mengikuti pola investasi serupa oleh Microstrategy. Anda pasti ingat tentang keputusan perusahaan piranti lunak asal MicroStrategy yang membeli 21.454 BTC senilai US$250 juta atau setara dengan Rp3,6 triliun, pada Agustus 2020 lalu.
Langkah serupa dilakukan lagi pada 14 September 2020. Mereka telah membeli Bitcoin tambahan sebanyak 16.796 BTC dengan nilai total mencapai US$175 juta.
Perusahaan Square yang dipimpin oleh Jack Dorsey pun tak mau ketinggalan. Pasalnya bukan hanya karena Square yang fokus pada perdagangan aset kripto, termasuk Bitcoin melalui Square App.
Tetapi Bitcoin yang dibeli itu memang peruntukannya untuk investasi, sebagai aset safe-haven, menjaga nilai keuangan perusahaan, mengantisipasi inflasi.
Square mengatakan bahwa investasi Bitcoin senilai US$50 juta itu sekitar 1 persen dari total aset milik perusahaan.
Jack Dorsey sendiri memang terkenal sangat pro terhadap Bitcoin. Saking kesemsemnya, dia membuat simbol Bitcoin khusus untuk tagar #BTC dan Bitcoin# di Twitter pada Febuari 2020 lalu.
Bahkan tahun lalu dia membentuk satu organisasi khusus, yakni Blue Sky demi membuat standar blockchain khusus untuk media sosial.
Blockchain khusus itu kelak diterapkan di Twitter agar pengguna bisa mendapatkan manfaat lebih dari data yang dibagikannya ke media sosial itu.
Kelak diterapkan di masa depan, Dorsey malah berencana menyematkan sistem imbalan berupa aset kripto di Twitter.
“Blue Sky adalah organisasi nirlaba yang benar-benar terpisah dari perusahaan Twitter. Kami akan fokus menjadi kliennya, sehingga kami dapat membangun layanan dan bisnis yang menarik. Siapa pun dapat mengakses dan siapa pun dapat berkontribusi,” tegasnya beberapa waktu lalu di forum virtual “Oslo Freedom Forum 2020”.
Investasi Bitcoin oleh kalangan institusi memang belum terlalu menggembirakan, kendati usia Bitcoin sudah lebih dari 10 tahun.
Berdasarkan data terbaru dari Universitas Cambridge, jumlah pengguna aset kripto, termasuk Bitcoin sudah mencapai sekitar 101 juta secara global.
Angka itu naik 189 persen berbanding tahun 2018, yakni 35 juta “unique users”. Namun, pengguna dari kalangan institusi masih kecil. Artinya, sejak tahun 2017 hingga 2020, pengguna/investor retail masih mendominasi.
Investasi dari kalangan institusi (perusahaan) ataupun bank sentral dianggap sangat penting untuk menaikkan pamor kelas aset baru itu, selain emas yang terbukti selama ribuan tahun sebagai aset sangat bernilai.
Meraih adopsi besar dari kalangan raksasa, praktis akan menaikkan harga Bitcoin di masa depan, seiring tumbuhnya kesadaran dan keyakinan. Semoga. [*]