Potensi Inflasi 4% Tahun Depan, Siap Beli Kripto?
Beberapa hari Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah berencana menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 15 persen. Jikalau itu terjadi maka inflasi tahun bisa menjadi 4 persen. Bagaimana korelasinya dengan aset kripto?
Saat ini PPN untuk barang dan jasa adalah 10 persen. Sesuai dengan undang-undang PPN minimal adalah 5 persen, sedangkan maksimal adalah 15 persen.
Rencana kenaikan PPN itu pada prinsipnya signifikan, karena di sisi pendapatan negara, itu bisa menggenjot pajak.
Hanya saja, PPN berpotensi menjadikan harga barang dan jasa di konsumen akhir menjadi lebih tinggi. Padahal kita tahu sendiri roda ekonomi masih lemah, akibat pandemi. Produksi masih belum normal dan banyak karyawan pabrik masih di rumah, tidak bekerja.
Kenaikan harga barang dan jasa inilah yang diperkirakan bisa menaikkan tingkat inflasi kita menjadi 4 persen. Bandingkan sepanjang tahun 2020 sekitar 1,68 persen tahunan.
“Konsekuensi apabila peningkatan tarif PPN berlangsung, maka ada potensi kenaikan inflasi ke kisaran 3-4 persen yang disebabkan oleh cost-push-inflation,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, dilansir dari Kontan.
Soal target inflasi ini sebenarnya sudah dibincangkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia pada beberapa bulan sebelumnya.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah inflasi itu masih sehat atau tidak, karena inflasi yang rendah pun berdampak pada deflasi, juga merugikan ekonomi.
Jikalau misalnya naiknya harga barang dan jasa tidak setara dengan daya beli masyarakat yang lemah, dan berlangsung secara cepat dan umum, maka inflasi serius bisa terjadi.
Inflasi yang buruk dan masyarakat menahan konsumsi, maka ini berdampak pada aliran dana tunai, masuk ke sejumlah produk investasi yang aman seperti emas.
Atau bisa juga beralih ke aset kripto yang berisiko tinggi, dengan imbal hasil yang jauh lebih tinggi.
Nah, sejarah mengajarkan kita, bahwa nilai investasi harus melebihi tingkat inflasi tahunan.
Bandingkanlah return investasi emas dalam satuan troy ons, tak sampai 30 persen selama tahun 2020.
Sedangkan Bitcoin mampu memberikan sekitar 300 persen di waktu yang sama. Dan selama setahun penuh hingga Mei 2021, aset kripto tumbuh hingga lebih dari 600 persen.
Di tengah inflasi yang buruk pula, bisa jadi produk saham dan deposito tak terlalu menarik, karen roda ekonomi belum berjalan baik.
Di sinilah satu celah, di mana Anda harus mendiversifikasikan portofolio investasi Anda. Sebagian bisa dengan membeli emas, saham dan sebagian lagi di aset kripto unggulan seperti BTC, ETH dan lain sebagainya.
Kita memang tidak sedang berharap inflasi itu akan berdampak buruk. Hanya saja kita harus realistis, bahwa ekonomi sedang buruk, perlu waktu untuk kembali pulih.
Hanya saja, kami menyarankan, karena imbal hasil kripto sangat fantastis melawan inflasi, mungkin kelas aset baru itu layak jadi pilihan. [triv]