Rencana Dolar Digital Bank Sentral, Bagaimana Nasib USDT?
Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed sedang mengebut penerbitan dolar digital untuk mengimbangi keunggulan stablecoin USDT (Tether) yang berteknologi blockchain. Kali pertama terbit, USDT bernilai dolar AS menggunakan blockchain Bitcoin. Dan kini tersedia di banyak blockchain lainnya. Lantas, bagaimana nasib USDT kelak?
Pada akhir Juni 2021 lalu, The Fed cabang Chicago mengakui bahwa USDT berpotensi mendisrupsi pasar kredit global. Pasar kredit di sini maksudnya adalah menggunakan dolar untuk meminjam barang dan jasa, atau sebagai satuan uang cicilan di bank dan sebagainya.
Pasanya untuk mengakses USDT tidak perlu rekening bank dan bisa mengirimkannya ke mana saja. Bahkan sejumlah layanan loan di luar saja, kita bisa mendapatkan USDT dengan jaminan BTC ataupun ETH. Loan adalah bagian dari pasar kredit.
Sejarah Singkat USDT
Cikal bakal USDT berawal dari proyek kripto bernama Realcoin pada tahun 2014. Pada November di tahun yang sama proyek itu berubah nama menjadi Tether dikelola oleh perusahaan Tether yang berbasis di Hong Kong. Pendirinya adalah Brock Pierce, Reeve Collins dan Craig Sellars (Pendiri Mastercoin).
Brock Pierce sendiri adalah pengusaha asal Amerika Serikat dan pernah mencalonkan diri menjadi presiden untuk kategori independen.
Walaupun nama umumnya adalah stablecoin, USDT pada dasarnya adalah token yang mewakili nilai uang dolar yang asli. Baca artikel kami sebelumya soal perbedaan coin dan token.
Kali pertama, token USDT diterbitkan menggunakan piranti lunak bernama Omni Layer dan memanfaatkan blockchain Bitcoin sebagai jalur transaksinya pada 10 Juni 2014 di block ke-324.140.
Jadi, di tahun itulah kali pertama blockchain sebagai sistem uang elektronik punya use case yang sangat luas dan bernilai di luar sistem moneternya sendiri, yakni BTC.
Dalam perjalanannya, USDT diterbitkan di blockchain lain selain Bitcoin, yakni Ethereum, Bitcoin Cash, TRON, EOS, Liquid Network, Algorand dan lain sebagainya.
Pemilihan blockchain selain Bitcoin tentu saja agar biaya kirim lebih murah dan efisiensi waktu. Mengirimkan USDT menggunakan Bitcoin misalnya, biaya kirim tetap mengacu pada biaya mengirimkan kripto BTC yang terbilang mahal dan bergantung pada periode waktunya, yakni paling cepat adalah 10 menit. Ini sesuai dengan ketetapan di sistem blockchain Bitcoin.
Demikian halnya USDT versi blockchain Ethereum, jauh lebih cepat dan hemat. Tapi jauh lebih hemat lagi USDT versi blockchain Tron.
Sederhananya, USDT mirip seperti layanan mengirimkan dan menerima rupiah menggunakan OVO ataupun GoPay (uang elektronik yang dibuat oleh swasta, tetapi diawasi oleh otoritas negara, yakni bank sentral). Perbedaannya hanya pada teknologinya saja, termasuk ruang lingkup dan pihak yang menerbitkannya.
Rupiah di OVO dan GoPay sejatinya merepresentasikan nilai rupiah di aplikasi agar lebih mudah ditransaksikan. Namun, terbatas di dalam negeri saja. Sedangkan USDT, berkat blockchain, jangkauannya lebih luas, bisa diakses oleh siapa saja.
Relasi Dengan Dolar Digital
USDT pada dasarnya adalah dolar digital, walaupun hanya merepresentasikan uang dolar asli atau aset yang bernilai dolar milik perusahaan Tether.
Nah, karena efisiensi sistem USDT, jangkauan dan penggunaannya yang mudah, Bank Sentral AS pada dasarnya agak geram. Pasalnya, sistem yang efisien ini digarap oleh swasta, bukan oleh negara.
Jadilah pada tahun 2020, Bank Sentral AS sudah meluncurkan program penelitian dan pengembangan dolar digital, bermitra dengan kampus MIT.
Tahun ini juga rancangan umum dan dasarnya sudah bisa dinikmati oleh warga AS.
Disebut dengan CBDC (Central Bank Digital Currency), rencana penerbitan dolar digital punya nuansa ekonomi dan politik juga. Pasalnya, Bank Sentral Tiongkok sudah meneliti yuan digital sejak tahun 2014 dan resmi menerbitkannya dan mengujicoba sejak Mei 2020.
Hingga detik ini, yuan digital sudah ditransaksikan jutaan kali, sudah digunakan untuk berbelanja di mall dan transaksi beli tiket kereta bawah tanah di Beijing.
CBDC juga memungkinkan lajur transaksi langsung dari sistem bank sentral kepada nasabah di bank, tanpa lewat sistem pihak ketiga, misalnya AliPay dan sejenisnya.
CBDC dolar digital punya fitur yang mirip dengan USDT, walaupun tidak sepenuhnya menggunakan teknologi blockchain.
Hanya saja, dolar digital memungkinkan akses yang lebih luas terhadap dolar, biaya transaksi murah, diproses terus menerus tanpa libur khususnya untuk perdagangan luar negeri dan lain sebagainya.
Jadi kelak dolar digital akan sepenuhnya menggantikan dolar yang berbentuk fisik (kertas dan logam).
Bagaimana Nasib USDT?
Walaupun wujud nilainya serupa, USDT bisa terancam eksistensinya, jikalau memang dolar digital ala The Fed bisa jauh mengungguli USDT dari banyak segi.
Jikalau biaya transaksi dolar digital The Fed jauh lebih murah daripada USDT versi blockchain, pengguna mungkin beralih ke dolar digital.
Tetapi, kalau misalnya dengan sejumlah faktor lain, USDT bisa lebih mahal, tetapi bisa mengirimkan nilai dolar tanpa batas jumlah, pengguna mungkin tetap menggunakan USDT.
Jadi, di titik ini masih banyak pandangan spekulatif, dan memang secara praktis, USDT jauh lebih mudah untuk mengakses dolar. [triv]