Rp138 Juta, Bitcoin Tak Terbendung

Tepat pukul 17.44 WIB hari ini, Jumat, 21 Juni 2019, Harga Bitcoin sentuh harga tertinggi terbarunya, US$9.800 (Rp138 juta). Dengan demikian Bitcoin sukses mencerminkan harga Bitcoin pada 27 November 2017, beberapa pekan sebelum Bitcoin melejit ke US$19 ribu pada 16 Desember 2017.

Level US$9.800 hari ini juga telah melampaui harga 1 Februari 2018 (US$9.170), 14 Februari 2018 (US$9.494), 24 Februari 2018 (US$9.813) dan 6 Mei 2018 (US$9.654). Perlu kami ingatkan bahwa sepanjang tahun 2018 adalah masa musim dingin terhadap Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, di mana kapitalisasi pasar kripto luruh banyak.

US$9.800 adalah titik krusial, di mana Bitcoin mencoba level psikologis berikutnya, yakni US$10 ribu. Jikalau sejarah berulang, maka Bitcoin tampaknya dengan mudah sampai ke titik tersebut.

Ini terlihat dari sejumlah indikator, di antaranya hashrate di blockchain Bitcoin meningkat selama 2 bulan terakhir, yang menandakan semakin banyaknya para penambang (miner) Bitcoin kembali beraktivitas. Hal lainnya adalah jumlah transaksi di blockchain Bitcoin juga meningkat, dengan semakin banyaknya address Bitcoin yang aktif.

CME (Chicago Merchantile Exchange) asal Amerika Serikat, penjual produk Bitcoin Berjangka menunjukkan daya beli masyarakat terhadap produknya meningkat drastis pada Mei-Juni 2019. Padahal, pada Desember 2017, ketika pertama kali produk itu diperkenalkan justru tak diminati, termasuk pada era musim dingin kripto pada tahun 2018.

Ingatlah, produk Bitcoin Berjangka pangsa pasarnya bukanlah kalangan pribadi berkocek tipis, tetapi menyasar pada kalangan insitusi yang diwajibkan membeli kontrak berjangka di harga premium.

Khusus produk Bitcoin Berjangka, Bakkt juga akan mengujicoba menjual itu pada Juli 2019 mendatang. Ini artinya mereka melihat peluang pasar yang sangat besar di pasar Bitcoin ini. Bakkt adalah anak perusahaan dari ICE yang mengendalikan Bursa Efek New York.

Mata uang kripto Libra besutan Facebook-Libra Association seperti turut andil dalam kenaikan ini, walaupun tidak seketika, saat diumumkan pada 18 Juni 2019 lalu. Namun, jelaslah bahwa mata uang kripto Libra setidaknya memperluas popularitas teknologi Blockchain kepada khalayak yang lebih luas dan memicu mengenali Bitcoin sebagai aset kripto pertama di dunia dan ternama, yang menggunakan teknologi Blockchain itu.

Jadi, tahun 2019 setidaknya memang mencerminkan tren naik antara tahun 2016-2017 dan kita meninggalkan situasi buruk tahun 2018. Adopsi blockchain pun sudah meluas dan banyak sudah mengenali dengan baik tingkat penetrasinya. Peran penting perusahaan besar tradisional tentu ada di balik trend naik 2019 ini. Mari kita songsong Bitcoin menuju US$10 ribu. [*]

Be the first to write a comment.

Your feedback