Thrones of Tether

Untuk kali pertama, dunia menyaksikan jatuhnya harga si stablecoin, Tether (USDT). Pada Senin, 15 Oktober lalu USDT ambruk hingga lantai dasar: US$0,925 pada pukul 13:49 WIB dari US$0,988 pada pukul 11:00 WIB. Beberapa menit setelah harga “sor” itu, USDT dengan cepat pulih sejenak di US$0,973.

Hingga tulisan ini terbit, USDT bertengger di US$0,976 atau naik 1,50 persen dalam 24 jam terakhir. Sebab musababnya adalah beredar kabar di dunia maya, yang entah dari mana datangnya, bahwa Binance akan men-delisting USDT dari bursanya. Belakangan diketahui bahwa informasi itu palsu, yang sengaja disebarkan untuk menebar FUD, dan telah dikonfirmasi oleh pihak Binance.

Kabar delisting itu sebenarnya dimulai dari pengumuman resmi KuCoin yang menutup sementara deposit dan withdraw dari sistemnya. Penebar fake news justru memelintir informasi itu sebagai delisting USDT di KuCoin dan akan diikuti oleh Binance. Trader di Binance pun buru-buru dan secara cepat menjual USDT-nya.

Melihat dinamika yang tak baik, pengelola Binance pun segera menutup sementara withdraw, sembari meluruskan informasi yang beredar, bahwa USDT tidak ditarik dari bursa terbesar di dunia itu. Dampaknya pun jelas, turunnya harga USDT mengakibatkan volume beli Bitcoin melejit secara global, naik dari US$6300 per BTC menjadi US$6948 per BTC pada pukul 13:59 WIB dan kemudian turun cepat ke US$6500 dalam waktu 30 menit saja. Namun, nilai perdagangan tertinggi terjadi di Binance mencapai US$7500 per BTC. Hingga tulisan in diturunkan, BTC diperdagangkan rata-rata US$6600.

Ada dua hal yang dapat kita tafsirkan di sini. Pertama, peralihan trader USDT ke BTC, menandakan kepercayaan trader masih sangat tinggi terhadap BTC sebagai safe heaven. Kedua, kenaikan cepat USDT dari titik terendahnya juga menandakan hal serupa. Lagipula stablecoin selain USDT semakin banyak jumlahnya. Sebut saja Gemini Dollar (GUSD) dan USDCoin (USDC). Untuk dua terakhir ini, harganya terkerek masing-masing 1 persen ketika USDT turun.

Terlepas dari kontroversi stablecoin, sejatinya jenis kripto seperti ini adalah untuk mengakomodir permintaan pasar, yang tak ingin volatilitas. Buktinya volumenya cukup besar dan di-listing di bursa-bursa besar.

Namun demikian, tak dapat dielakkan persoalan ketidakjelasan cadangan uang dolar yang dimiliki oleh perusahaan Tether termasuk Bitfinex, yang diketahui punya andil melahirkan USDT.

Pada 30 Januari 2018 Bitfinex dan Tether (kedua berbasis di Hong Kong) dituntut ke pengadilan oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC), karena dicurigai tidak memiliki cadangan dolar yang cukup di akun bank mereka atau perusahaan yang dijadikan rekanan penyedia dolar. Hingga detik ini tuntutan itu tak jelas dan tak diungkit kembali.

Di sisi lain, Gemini Dollar besutan si kembar Winklevoss, yang agaknya sebuah keputusan kecewa, karena hingga detik ini keputusan atas proposal ETF Bitcoin yang mereka ajukan kepada SEC kian tak jelas.

Kami menilai membuat stablecoin adalah jalan tikus untuk merangkul pasar, mengingat dua hal, yakni dolar AS sendiri sedang menguat terhadap beberapa mata uang negara lain, perang dagang dengan Tiongkok juga mungkin mendorong penggunaan dolar AS lebih banyak lagi.

Dan secara spesifik stablecoin USDT juga banyak peminatnya, setidaknya berpijak pada fakta USDT digunakan dalam aktivitas remintasi lintas negara. Melihat USDT sebagai aspek khusus kripto, tetapi fondasinya berpatokan terhadap dolar AS ya notabene adalah uang fiat, maka karakter sentralistik tak dapat dihindarkan. Bahwa semua orang mahfum dolar AS dikendalikan The Fed merupakan gabungan dari beberapa bank swasta AS berskala dunia. []


Be the first to write a comment.

Your feedback