Twitter Pertimbangkan Beli Bitcoin Seperti Tesla
Menyusul pembelian Bitcoin senilai US$1,5 milyar oleh Tesla, kini Twitter mempertimbangkan hal serupa. Tanpa menyebut nilai, jika itu terjadi, maka Twitter menjadi perusahaan publik berikutnya yang menjadi role model bagi perusahaan lain.
Seperti yang diperkirakan banyak pihak, termasuk Novrograts, kian banyak perusahaan besar mempertimbangkan untuk membeli Bitcoin.
Kemarin pihak Twitter melalui CFO Ned Segal, mengatakan akan mempertimbangkan membeli Bitcoin, sebagai upaya diversifikasi portofolio keuangan perusahaan.
Cara ini dianggap ampuh guna menangkal dampak inflasi buruk di masa depan.
Pasalnya di tengah pandemi yang merontokkan ekonomi dunia saat ini, bank sentral AS terpaksa menggelontorkan dolar baru, sehingga membuat nilai dolar terpukul.
Dari sisi perusahaan, sebagaimana yang disampaikan oleh Michael Saylor, CEO MicroStrategy sebelumnya, penurunan nilai dolar akan memaksa perusahaan untuk melakukan dua hal yang merugikan, yakni buy back saham ataupun memberikan dividen.
Alih-alih melakukan itu, lebih baik membeli aset bernilai yang langka, yakni Bitcoin.
Alasan serupa dijadikan alasan MicroStrategy dan Tesla untuk membeli Bitcoin, yang sekarang sudah bernilai lebih dari Rp40 triliun.
Pangkal dari perusahaan-perusahaan akan berbondong-bondong membeli Bitcoin adalah dari konferensi internasional yang digelar oleh MicroStrategy pada 3-4 Februari 2021 lalu.
Di antara sejumlah materi yang disampaikan oleh perusahaan publik yang bergerak di bidang piranti lunak bisnis itu adalah “Bitcoin untuk Perusahaan”.
Itu menerangkan secara terperinci sejumlah aspek penting bagi perusahaan untuk membeli Bitcoin, mulai dari ranah hukum, pelaporan, pencatatan di laporan keuangan hingga audit.
Tidak jelas apakah pihak perwakilan Twitter hadir dari konferensi itu, sebagaimana dua orang perwakilan Tesla yang disebut hadir saat itu, sebelum pembelian Bitcoin diumumkan.
Pertimbangan Twitter untuk membeli Bitcoin tentu saja sangat masuk akal, mengingat salah seorang pendiri dan CEO Twitter, Jack Dorsey dikenal sebagai pendukung keras aset kripto itu.
Bahkan perusahaan Square yang didirikan oleh Dorsey sudah duluan membeli Bitcoin senilai US$50 juta pada Oktober 2020 lalu.
Namun langkah Twitter kelak, itu semua perlu masukan dari sejumlah pemegang saham Twitter sendiri, sebab ini terkait dengan keputusan Dorsey di masa lalu yang menggunakan dana perusahaan untuk donasi sosial berbasis kripto untuk Afrika.
Kala itu keputusan Dorsey amat ditentang oleh pemegang saham besar di Twitter, karena berpotensi merugikan perusahaan.
Namun, polanya kini amat sangat berbeda. Pandemi yang merontokkan kinerja perusahaan, amatlah masuk akal jika menggunakan Bitcoin sebagai tameng agar laba pemegang saham tidak tergerus.
Pun lagi, perusahaan-perusahaan besar amat terkenal dengan visi jangka panjang untuk urusan investasi.
Alih-alih menjual Bitcoin dalam waktu pendek, mereka relatif membelinya sebagai bentuk “asuransi” bagi masa depan perusahaan agar terus bisa bertahan.
Pembelian Bitcoin oleh perusahaan besar kiranya mampu terus menekan volatilitas harganya, selain berkat kian maraknya pasar derivatif.
Jadi, ketika gara-gara Tesla membeli Bitcoin, mampu meningkatkan harga aset kripto itu lebih dari Us$48 ribu, maka jika Twitter benar-benar melakukan hal serupa, lebih dari US$50 ribu (Rp700 juta) bukan tidak mungkin siap kita sambut.
Perusahaan Lain Ikut Serta
Penghayat Bitcoin yang juga penyiar di Russian Television (RT), Max Keiser, mengklaim punya informasi yang dapat dipercaya bahwa Larry Ellison, pendiri perusahaan multinasional Oracle juga akan membeli Bitcoin, termasuk atas nama perusahaannya sendiri.
Larry Ellison sendiri adalah salah satu pemegang saham di Tesla sejak tahun 2018 silam duduk sebagai penasihat.
Berdasarkan spekulasi dari Swan Bitcoin yang dipunggawai oleh Keiser, mereka menyebutkan, selain Oracle ada juga SpaceX (perusahaan privat milik Elon), termasuk Salesforce. [/]