Venezuela dan Iran Melawan dengan Kripto

Di tengah badai kontroversi, Venezuela dan Iran semakin kukuh memasuki gerbang kripto dan teknologi blockchain. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro misalnya berencana akan membuat kripto baru, Bolívar Soberano (Sovereign Bolivar), selain Petro yang diluncurkan Februari 2018 lalu.  Diberitakan oleh media lokal, Telesur, harga Bolívar Soberano akan mengacu pada harga Petro. Harga Petro dipatok dengan harga satu galon minyak mentah dan gas. Bolívar Soberano akan resmi diluncurkan 20 Agustus 2018 nanti.

Petro sendiri adalah inisiatif sang presiden, yang diluncurkan Februari 2018 lalu. Kendati teknologi blockchain yang digunakan hingga kini tak jelas, Maduro bersikeras bahwa Petro akan mampu menyelematkan negara itu dari krisis keuangan yang parah. Bahkan Maduro sesumbar bilang bahwa Petro laku keras, kurang dari 24 jam.

 “Bolívar Soberano adalah cara kita meletakkan sistem keuangan dan moneter di negara ini dengan cara yang radikal. Dengan mengacu pada Petro, maka ini adalah harapan terbaik untuk mengembangkan sebuah model ekonomii yang produktif dan berlanjut. Sekaligus ini akan membantu menekan laju inflasi dan ketersediaan uang di masyarakat,” kata Maduro.

Sejak Februari Maduro mencoba membawa Petro ke dunia nyata melalui beragam program sosial. Belum lama ini ada beberapa proyek sosial yang didanai dengan Petro. Pada awal Juli ini, Kementerian Perumahan Venezuela menjalankan program pembangunan rumah bagi para gelandangan. Pada Mei Maduro meluncurkan Petro-funded crypto bank khusus bagi kamu muda, pelajar dan mahasiswa.

Sementara itu, dua hari lalu Iran, melalui PressTV, mengumumkan niatannya membuat kripto sendiri. Sesungguhnya ini adalah sebuah penegasan dari pernyataan Pemerintah Negara Islam tersebut pada beberapa bulan silam. Langkah ini dianggap akan ampuh menangkal sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat.

“Rencana besar pembuatan uang kripto itu telah masuk di agenda kami. Kelak uang itu dapat digunakan secara global, sekaligus membantu kami di tengah sanksi Amerika serikat,” kata Alireza Daliri, seorang pejabat tinggi Iran di Direktorat Sains dan Teknologi.

Iran pada Februari lalu, ide uang kripto digaungkan oleh Mohammad-Javad Azari Jahromi, Menteri Teknologi Komunikasi dan Informasi Iran. Jahromi mengaku kesemsen atas langkah Venezuela yang membuat Petro dan ingin mengikuti jejaknya yang dianggap “sukses”.

Di Turki ada Ahmet Kenan Tanrikulu, Wakil Ketua Partai Gerakan Nasionalis, yang juga mantan Menteri Industri Turki tengah merancang proposal agar Turki membuat uang digital sendiri, bernama Turkcoin. Partai yang dipimpinnya itu adalah mitra politik partai berkuasa saat ini, yakni Justice and Development Party (AKP). Turki saat ini memang melarang secara ketat terhadap aktivitas bitcoin dan mata uang digital secara umum, sebab tidak sedikit yang mempraktikkan skema ponzi yang merugukan masyarakat. Tetapi, jikalau Turki mengindahkan teknologi blockchain, yang merupakan basis dari uang digital, maka itu adalah kekeliruan yang besar. Padahal dunia saat ini menuju sistem digital. Tetapi itu memerlukan banyak syarat yang mungkin bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah Iran yang relatif konservatif, khususnya soal transparansi dan desentralisasi.

Secara politis, kini kripto dianggap dapat digunakan sebagai alat perlawanan yang andal terhadap hegemoni negara lain. Dominasi Amerika Serikat memang tak dapat dihindarkan, karena negara adi daya itu sejak akhir Perang Dunia II punya sejarah besar untuk “menguasai” negara-negara lain. Guru Besar Linguistik MIT ternama, Noam Chomsky misalnya menilai Amerika Serikat memberlakukan double standar dalam berbagai kebijakan ekonomi dan politik luar negeri. Ini, kata Chomsky, justru melahirkan dilema dan senjata makan tuan terhadapp Amerika Serikat. [vins]

 

 

Comments are closed for this post.