Mimpi Negara Punya Uang Kripto Sendiri

Pada awal bulan ini, Pemerintah Estonia akhirnya undur diri dari rencananya membuat uang kripto sendiri. Pasalnya Mario Draghi Presiden Bank Sentral Eropa mengkritik pedas rencana itu. Padahal rencana uang kripto yang disebut Estcoin itu sudah dirancang sejak Agustus 2017 bersamaan dengan program E-residency. Menyerah, akhirnya Estcoin dibatasi penggunaannya bagi orang asing yang ingin menandatangani dokumen tertentu, termasuk soal pembayaran dalam perizinan mendirikan perusahaan di Estonia.

Estonia memang tak sendiri soal urusan uang kripto yang disokong langsung oleh negara. Awal bulan ini Norwegia yang berniat serupa, yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap uang Norwegia yang ada sekarang. Pemerintah Swiss belum lama ini menggenjot kajian mendalam soal pembuatan mata uan e-franc. Bagi Swiss uang digital akan memberikan perspektif baru terhadap negara ini, khususnya mencari celah pengembangaan ekonomi baru.

Venezuela, Iran dan Turki adalah negara lain yang berancang-ancang serupa. Venezuela sendiri mengklaim punya Petro, sebagai uang kripto pertama di dunia yang dibuat oleh negara. Petro dipatok dengan harga satu barrel minyak. Namun, informasi Petro selayaknya banyak informasi rahasia dari negara itu selama ini. Diklaim sepihak bahwa Petro laku keras pada penjualan di minggu pertama, alhasil banyak yang tak meyakini, karena data transaksi tak diungkap kepada publik, termasuk teknologi blockchain apa yang digunakan.

Di Turki ada Ahmet Kenan Tanrikulu, Wakil Ketua Partai Gerakan Nasionalis, yang juga mantan Menteri Industri Turki tengah merancang proposal agar Turki membuat uang digital sendiri, bernama Turkcoin. Partai yang dipimpinnya itu adalah mitra politik partai berkuasa saat ini, yakni Justice and Development Party (AKP). Turki saat ini memang melarang secara ketat terhadap aktivitas bitcoin dan mata uang digital secara umum, sebab tidak sedikit yang mempraktikkan skema ponzi yang merugukan masyarakat. Tetapi, jikalau Turki mengindahkan teknologi blockchain, yang merupakan basis dari uang digital, maka itu adalah kekeliruan yang besar. Padahal dunia saat ini menuju sistem digital. Tetapi itu memerlukan banyak syarat yang mungkin bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah Iran yang relatif konservatif, khususnya soal transparansi dan desentralisasi.

Iran pada Februari lalu, ide uang kripto digaungkan oleh Mohammad-Javad Azari Jahromi, Menteri Teknologi Komunikasi dan Informasi Iran. Jahromi mengaku kesemsen atas langkah Venezuela yang membuat Petro dan ingin mengikuti jejaknya yang dianggap “sukses”.

Bagi sebagian orang negara yang membuat uang kripto terkesan sebagai sebuah anomali, karena semangat bitcoin sebagai uang kripto pertama adalah adalah sebuah perlawanan politik dan ekonomi terhadap negara. Bahwa dengan teknologi tinggi, publik bisa membuat ekonominya sendiri tanpa tergantung dari lembaga resmi pemerintah, sebagai pihak ketiga seperti bank.

Namun, teknologi blockchain tidaklah bebas nilai, karena bisa dibuat sendiri. Tergantung siapa empunya. Andaikata pun pemerintah Indonesia ikut membuat uang rupiah berbasis kripto, itu tentu saja itu perlu kajian sangat mendalam, mengingat literasi keuangan orang Indonesia masih terhitung rendah berbanding warga di Asia Tenggara lainnya. Tapi, bukan berarti itu tidak mungkin, karena pertanyaan terpentingnya adalah kapan. [vins]

 

Be the first to write a comment.

Your feedback