Inilah Casper yang Kelak Bikin Ethereum Semakin Berkilau

Ethereum Casper bukanlah jenis coin baru dari hasil hard fork Ethereum, tetapi update (pemutakhiran) teknologi Ethereum secara mendasar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kecepatan transaksi, sekaligus menghindari macetnya jalur data (bottleneck) blockchain, ketika transaksi sangat banyak pada waktu yang bersamaan. Dari sudut pandang investasi, penerapan Casper akan membuat Ethereum semakin berkilau di masa mendatang.

Uji coba Casper sudah dilakukan sejak Oktober 2017 silam, sebab gejala bottleneck itu sudah muncul di kala itu. Bayangkan saya jumlah DApp (Decentralized App) sudah mencapai ribuan, belum lagi smart contract yang membentuk token sudah ratusan lebih. Berdasarkan penelitian Finance Magnates, selama tahun 2017 saja terdapat 1090 DApp dan lebih dari 700 token. Padahal Ethereum, yang menerapkan Proof of Work (PoW), hanya bisa menangani 15 transaksi per detik, walaupun kapasitas blok dan jarak antar blok baru lebih cepat daripada Bitcoin.

Alhasil gejala akhirnya tampak menjadi “penyakit”. Pada Desember 2017, jaringan Ethereum macet gara-gara game virtual CryptoKitties. Transaksi dengan Gas minimal baru diproses berhari-hari, bahkan ada yang sampai berminggu-minggu. Penyakit seperti ini akan selalu muncul di masa depan jika tidak segera ditangani, seiring dengan semakin meningkatnya popularitas Ethereum. Padahal beberapa pengembang blockchain lainnya sudah melakukan terobosan, setidaknya NEO dan Achain mampu menangani 1000 per detik supaya adopsinya lebih luas.

Jadi, sesungguhnya urusan menerapkan teknologi baru di Ethereum ini tak dapat ditunda-tunda lagi. Untungnya kabar baik yangg baru datang pada awal 8 Mei 2018 lalu, Ethereum mengumumkan versi baru Casper guna lebih meningkatkan lagi mutu protokol konsensus ekonomi.  Dengan versi terbaru itu, tak hanya developer yang bisa memvalidasi dan memverifikasi sebuah smart contract. Auditor dan klien developer bisa terlibat di dalam nya. Dengan banyak pemutakhiran di masa-masa berikutnya, Casper akan mengubah ekosistem Ethereum secara mendasar.

Apa itu Casper?
Casper adalah jawaban terhadap algoritma mekanisme konsensus (berikutnya cukup disebut konsensus) PoW yang sejak awal digunakan Ethereum. Vitalik Buterin merasa algoritma yang aslinya dari Bitcoin itu cocok digunakan di Ethereum. Bedanya Vitalik menambahkan fitur smart contract pada blockchain, sehingga mempermudah orang membuat aplikasi di atas blockchain, termasuk tentu saja membuat token digital/aset yang bisa diperdagangkan. Masalah PoW masih menyimpan kelemahan, di antaranya perlu sumber daya komputasi listrik dan spesifikasi Graphic Processing Unit (GPU) kelas wahid untuk urusan mining. Semakin high-end GPU, maka semakin besar peluang mendapatkan ETH dan itu berbanding lurus dengan biaya listrik yang harus dibayarkan setiap bulan oleh miner.

Ethereum pun ingin mencicipi Proof of Stake (PoS) sebagai alternatif konsensus. PoS memvirtualkan proses mining dan menggantikannya dengan sebutan validator. Validator cukup menumpuk sejumlah koin di dalam wallet dan melakukan tugas validasi terhadap blok-blok. Hanya ketika blok itu dianggap sahih, baru bisa ditambahkan ke dalam chain, dan validator mendapatkan imbalan setara dengan jumlah koin yang ditaruhkan. Karena prosesnya lebih cepat, maka sumber daya lebih efisien berbanding PoW.

Namun demikian, Vitalik dan kawan-kawan bukan menelan bulat-bulat PoS. Karena walaupun lebih baik daripada PoW, PoS punya beberapa kelemahan. Kelemahan itulah yang hendak dikuatkan dengan Casper, sebagai wujud PoS baru di atas blockchain Ethereum. Ini serupa dengan yang dilakukan Achain yang mengembangkan Delegated Proof of Stake (DPoS) menjadi Result-Delegated Proof of Stake (RDPoS).

Dalam situasi pencabangan blockchain, antar rantai blok A dan B, misalnya, apa yang bisa menghentikan miner untuk menambang di kedua rantai blok A dan B sekaligus? Katakanlah Budi sebagai miner menumpahkan semua kekuatan komputasinya pada rantai blok B yang baru. Dalam situasi seperti itu dalam PoW, upaya Budi jelas sia-sia, karena kecil kemungkinan miner lain mengikuti Budi menambang di rantai blok B itu. Penyebabnya adalah secara rasional, miner yang lain merasa menambang di blok A (rantai blok yang lebih panjang) lebih menguntungkan dan rendah resiko daripada menambang di rantai blok B.

 

Jadi, menambang di blok baru penuh ketidakpastian dan masuk akal untuk dihindari. Bahkan untuk sesungguhnyapun dengan Budi  menumpahkan semua kekuatan komputasinya pada rantai blok B yang baru, akan secara otomatis ditolak oleh jaringan dan Budi harus merogoh kocek yang sangat dalam. Artinya perlu modal “segede gunung” untuk melakukannya.

 

Nah, kalau di PoS, Anda cukup menaruh koin sebanyak-banyaknya di kedua rantai blok A dan B dan Anda tetap untung. Dalam ranah PoS, ini disebut sebagai “Nothing to Stake Problem”, yang siap dicari pemecahannya dengan Casper. Pertama, validator menumpuk sejumlah ether di wallet-nya. Kedua, validator melakukan validasi terhadap blok-blok dengan bertaruh sejumlah ether. Ketiga, ketika blok sudah ditambahkan, validator mendapatkan imbalan sesuai dengan jumlah taruhannya itu. Keempat, jikalau validator hendak melakukan aksi “nothing to stake”, maka sistem secara otomatis “menghabisi” semua Ether yang dimilikinya, sebagai bentuk punishment.

Itu saja dulu cerita kita soal Casper, hantu yang baik ini. Besok kita berbagai cerita soal dua jenis Casper. Salah satunya adalah Hybrid Casper FFG yang menggabungkan PoW dan PoS, sebagai awal transisi Ethereum menuju PoS sepenuhnya. Bari berikutnya kita membincangkan “sharding” untuk meningkatkan skalabilitas Ethereum menuju ribuan transaksi per detik yang dapat ditanganinya. [vins]

Be the first to write a comment.

Your feedback