Bitcoin Perkasa, Tembus US$11 Ribu, Lantas?

Bitcoin tampil perkasa menembus level psikologis US$10.000 (Rp145 juta) menjadi US$11.298 (Rp164,4 juta) pada Selasa, 28 Juli 2020 dini hari tadi. Bank di Amerika Serikat yang diizinkan mengelola Bitcoin mungkin jadi pelecutnya. Lantas?

Kenaikan gila-gilaan itu adalah penguatan paling signifikan selama 3 bulan terakhir, karena Raja Aset Kripto itu praktis “stabil” di kisaran US$9.200-9.900 per BTC. Lagipula mampu menembus level di atas US$10.000 adalah capaian yang sangat luar biasa, khususnya setelah masuk Halving III pada Mei 2020 lalu.

Sukses menambat di atas US$11 ribu adalah lejitan kuat, karena melewati resisten US$10.400 yang terjadi pada 13 Februari 2020 lalu. Bitcoin hanya perlu melaju melewati resisten US$12.021 yang terjadi pada 6 Agustus 2019 silam agar terus mendaki.

Penguatan luar biasa ini sekaligus menampik anggapan bahwa Bitcoin tidak bisa bertahan apik di tengah krisis ekonomi saat ini sebagai aset bernilai baik di samping emas.

Memang korelasinya dengan pasar saham di Amerika Serikat cenderung linear, tetapi tidak selalu. Ada kalanya di mana Bitcoin mencoba melepaskan diri dari pasar tradisional itu.

Lantas apa saja penyebabnya? Ada beragam. Satu yang penting adalah restu dari Badan pengawas Mata Uang AS beberapa hari lalu. Mereka mengatakan semua bank di Amerika Serikat diizinkan sebagai lembaga kustodian bagi aset kripto milik nasabah. Artinya adalah, setiap nasabah yang memiliki Bitcoin atau aset kripto lain, bisa disimpan dan dikelola oleh bank di Negeri Paman Sam itu.

Keputusan itu jelas-jelas membuka ruang besar bagi Bitcoin, karena akan semakin banyak pilihan untuk menyimpan Bitcoin selain di bursa aset kripto. Ini juga akan mendorong rasa ingin tahu banyak orang tentang apa itu Bitcoin dan aset kripto. Ini pada ujungnya akan mendorong permintaan lebih banyak terhadap Bitcoin.

Restu badan penting di bawah Kementerian Keuangan AS itu itu agaknya selaras dengan kebijakan baru oleh Visa, Mastercard dan PayPal yang lebih ramah Bitcoin daripada beberapa tahun sebelumnya. Mastercard misalnya membuka gerbang seluas-luasnya bagi banyak pihak yang ingin menerbitkan kartu debit bernominal aset kripto.

Dalam hal itu ketiga perusahaan memahami pangsa pasar yang besar di dunia aset kripto, khususnya Bitcoin yang sangat popular.

Pun lagi PayPal telah memastikan dirinya mengelola bisnis terkait aset kripto di Uni Eropa. Mereka tak sekadar sebagai medium membeli Bitcoin menggunakan layanan PayPal yang ada selama beberapa tahun ini.

Menurut hemat kami, tak ada lagi yang bisa meredam kematangan dan keunggulan Bitcoin di masa depan, karena pihak perusahaan swasta besar mendukungnya. Terlebih-lebih negara sudah mengakuinya dan memberikan jalan lapang kepadanya.

Terkait penguatan terkini itu dan potensi besar di masa depan, bagi Anda non trader, yakni berkategori investor, kami menyarankan menggunakan teknik dollar cost averaging.

Teknik itu sederhananya adalah seperti menabung, yakni membeli Bitcoin secara rutin dan terjadwal, misalnya setiap akhir atau awal bulan dalam periode tertentu

Cara ini akan menekan risiko loss yang lebih besar dibandingkan cara trading yang praktis memakan waktu dan energi serta pemahaman mendalam soal analisis teknikal.

[*]

Comments are closed for this post.