Dinamika Awal Mobil Blockchain

Sekiranya ini dikatakan “langkah latah”, ya sah-sah saja. Tapi nyatanya bisnis kendaraan bermotor kian bersekutu dengan kripto. Pada 5 September lalu, Tilman Fertitta pemilik konglomerasi terbesar di Amerika Serikat (AS), mengumumkan, bahwa perusahaan distributor mobil mewahnya, yakni Post Oak Motor Cars menerima pembayaran dengan Bitcoin dan BitcoinCash. Kini warga di negara manapun di dunia yang “berkripto tebal”, melalui payment processor Bitpay bisa membeli Rolls-Royce, Bentley dan Bugatti.

Dalam rilis resminya itu, Bos Besar Post Oak Motors menyampaikan, kebijakan baru demi memunculkan buying experience kepada para pelanggan kami. Sementara itu Sonny Singh, Chief Commercial Officer BitPay, menyadari bahwa tidak sedikit orang yang membeli Bitcoin dalam jumlah besar, karena lebih mudah dan sederhana dalam melakukan pembayaran kapan dan di manapun.

Pada awal Maret 2018, produsen mobil raksasa Daimler AG, yang mengusung merek ternama Mercedes-Benz, memperkenalkan MobiCoin. Dalam sebuah proyek yang sudah dimulai sejak 2018, kripto itu digunakan sebagai imbalan bagi pengemudi yang taat berkendara. Proyek itu telah diujicobakan hingga Juni 2018, di mana 500 orang pengemudi telah diberikan imbalan MobiCoins itu.

Bagaimana Daimler tahu pengemudi taat berkendara? Rupanya di mobil produksi mereka ditempatkan satu sistem perekaman data. Sekumpulan data berikutnya dikirimkan ke Kantor Pusat Daimler untuk diolah dan dikonversi menjadi MobiCoins dengan besar setara dengan “prestasi” sang pengemudi. MobiCoins yang disimpan di aplikasi bisa dikumpulkan dan berpeluang memperoleh aneka insentif menarik. Beberapa pengemudi ada yang pernah mendapatkan tiket gratis untuk menghadiri acara besar, di antaranya DTM Races, MercedesCup Final, dan Fashion Week di Berlin. Namun demikian, tidak diketahui apakah MobiCoins dapat ditukar dengan uang biasa alias fiat.

Sebelumnya, pada Februari 2018, BMW mengumumkan bermitra dengan VeChain, penyedia teknologi blockchain asal Tiongkok yang fokus pada sistem rantai pasokan alias supply chain. Di bulan yang sama Porsche punya gawean dengan XAIN, perusahaan rintisan di Berlin untuk mengembangkan sistem penguncian dan kemampuan mobil tanpa pengendara. Kemudian di awal Januari 2018, Johann Jungwirth, Chief Digital Officer Volkswagen meleburkan diri anggota dewan pengawas di IOTA Foundation, satu dari sekian banyak penyedia teknologi blockchain yang fokus di bidang Internet of Things (IoT).

Lompatan yang lebih serius lagi dimotori oleh BMW, Ford, Renault dan General Motors pada Mei 2018 lalu. Mereka bersama 30 perusahaan sekelas sepakat membentuk Mobility Open Blockchain Initiative. Organisasi juga memuat IBM, Bosch and Blockchain dari Barkeley, AS. Ini kian menekankan keseriusan pebisnis mobil lebih dalam geliat blockchain. Tentu saja mereka ingin lebih menanamkan kehandalan blockchain di dalam produk-produknya. Jadi bukan tidak mungkin, organisasi itu akan membuat satu standar blockchain bagi industri otomatif secara global.

Selain mampu meningkatkan sistem pelacakan kendaraan dan rantai pasokan industri mobil, penerapan blockchain mampu membuat sistem asuransi kendaraan lebih transparan dan presisi. Sementara itu aspek IoT memampukan mobil menjadi mobil yang lebih cerdas, karena data keluaran dari mobil dapat diolah secara realtime. Untuk yang satu ini, IBM dan Samsung telah menginisiasi konsep ADEPT (Autonomous Decentralized Peer-to-Peer Telemetry).

Untuk saat ini setidaknya kita masih di tahap membayangkan seperti apa nanti mobil ber-blockhain itu. Tapi, kalau mau meyakinkan diri sendiri, silahkan bisa mengacu pada hasil riset Frost and Sullivan ini. Katanya, pada tahun 2025, 10–15 persen kendaraan akan menggunakan blockchain. [vins]

 

Be the first to write a comment.

Your feedback