Pasar Kripto pada Tahun 2022, Kian Baik?
Pasar kripto sepanjang tahun 2021 membukukan kinerja terbaiknya. Ia diwakili oleh Bitcoin, dengan imbal hasil lebih dari 70 persen. Capaian ini lebih baik dan melampaui imbal hasil di emas (-3 persen), pasar modal dan obligasi. Nah, bagaimanakah pasar kripto pada tahun 2022 ini? Kian baik?
Dalam rentang waktu 5 tahun, raihan Bitcoin di akhir tahun 2021, secara akumulatif menguat lebih dari 4.800 persen! Sebagai kripto nomor wahid sepanjang masa, inilah aset terkuat di dunia saat ini, jauh melampaui emas (hanya 52 persen) yang diyakini sebagai aset safe haven dan ini kali pertama dalam peradaban manusia.
Nah, jika ditilik dalam konteks penurunan nilai (inflasi) mata uang konvensional (fiat money), seperti dolar AS dan rupiah, maka nilai uang Anda pada prinsipnya terlindungi sangat baik dalam rentang 5 tahun itu.
Maka, secara kesuluruhan, dalam hal portofolio investasi, Bitcoin dan sejumlah kripto lainnya, menyelamatkan aspek keuangan Anda. Hanya saja, patut dicatat, bahwa itu dicapai dalam jangka waktu yang panjang. Ini yang disebut investasi.
Pasal kenaikan itu adalah menurunnya nilai dolar AS, inflasi yang sangat besar akibat besarnya pasokan dolar di pasar. Artinya, jumlah uang sangat besar untuk berinvestasi, termasuk ke kripto dan ini menjadi-jadi sejak Maret 2020.
Prediksi Pasar Kripto di Tahun 2022
Menjelang akhir tahun 2021 lalu, tekanan terhadap pasar kripto dan diwakili oleh Bitcoin memang cenderung tertekan. Investor retail cenderung melakukan aksi jual dan kalangan whale terus mengakumulasi, salah satunya adalah perusahaan MicroStrategy. Langkah perusahaan publik ini mewakili whale lainnya yang punya jarak pandang yang jauh dan lama perihal raihan nilai Bitcoin.
Membuka awal tahun 2022, tekanan itu terus berlanjut. Kajian teknikal cukup lengkap sudah kami paparkan di artikel ini sebelumnya.
1. Dampak Tapering The Fed
Di artikel sebelumya kami sudah tegaskan bahwa kajian makro ekonomi, termasuk di dalamnya adalah kebijakan The Fed akan menjadi variabel tetap untuk mengkaji ke mana arah gerak pasar kripto.
Penyebabnya adalah kripto kian masuk arus utama, seperti sejak Desember 2017 masuk di pasar komoditi berjangka di CME. Lalu akumulasi oleh perusahaan dan tokoh ternama pada tahun 2020. Kemudian di medio 2021, untuk kali pertama nilai Bitcoin masuk ke pasar ETF di Kanada, lalu diikuti di pasar modal di Amerika Serikat.
Nah, kebijakan tapering adalah sebaliknya, guna menekan inflasi di AS, termasuk menguatkan nilai tukar dolar. Ini akan berdampak para beralihnya arus modal dari pasar kripto dan pasar modal (saham/sekuritas) kepada pasar uang dolar AS dan obligasi.
Namun dampak kebijakan seperti ini lazimnya akan dirasakan paling tidak selama 2 semester. Apakah inflasi bisa ditekan atau sebaliknya, sangat tergantung pada The Fed ini.
Sejumlah pengamat mengungkapkan, bahwa kebijakan tapering yang bermuara pada penguatan dolar dan menurunnya inflasi, justru akan mendorong kinerja dan produksi perusahaan akan jatuh lebih lanjut, pengangguran meningkat dan lain sebagainya. Ini juga sangat berbahaya, karena akan meningkatkan inflasi di AS lebih tinggi lagi, karena The Fed akan memasok stimulus kembali.
Singkat kata, kebijakan tapering dan dampak turunannya kepada tertekannya pasar kripto, pada dasarnya hanya untuk sementara, karena sistem keuangan global pada dasarnya sangat labil sejak krisis tahun 1985.
2. Kripto Kian Lazim sebagai Alat Pembayaran
Di Indonesia, kripto memang tidak masuk kategori uang (money), tetapi aset komoditi yang setara dengan emas. Namun, hakikat Bitcoin dan sejumlah kripto adalah uang elektronik yang memungkinkan berlaku sebagai sistem dan alat pembayaran.
Berkat efisiensi yang lebih tinggi daripada sistem pembayaran konvensional, maka teknologi blockchain dan kripto pada tahun 2022 ini akan semakin lazim dan semakin mainstream sebagai metode pembayaran.
Bank-bank besar akan semakin memadukan sistem ini di layanan mereka, karena bisa dibuktikan jauh lebih murah, khususnya untuk pembayaran antar negara lintas benua.
Salah satu pembuktikan besarnya adalah ketika El Salvador menetapkan bahwa Bitcoin sebagai legal tender selain dolar AS. Mereka juga sedang mengembangkan sistem pembayaran bernilai dolar di blockchain Bitcoin berkat teknologi Layer 2, Lightning Network. Dengan teknologi ini, transfer dolar menjadi hampir instan dan sangat murah.
3. Merespons Kripto, Bank Sentral Genjot Penerbitan Uang Digital
Sejak tahun 2014, Bank Sentral Tiongkok sudah mengembangkan dan menerbitkan versi digital dari yuan. Ini untuk menjawab dan menantang sistem pembayaran ala blockchain. Sejak tahun 2020 pula yuan digital diterapkan dan diujicoba, mulai dari pembayaran tiket kereta api, swalayan dan banyak lagi.
Bank Sentral AS juga tak mau kalah, walaupun terkesa lambat. Sejak tahun 2020 mereka sudah menggandeng MIT untuk membuat protipe itu, agar dolar digital bisa digunakan di masa depan.
Bank Indonesia sendiri juga ingin melangkah serupa, termasuk Korea Selatan, Jepang, Inggris hingga Uni Eropa.
Garis besarnya di sini adalah, perubahan mendasar di sistem moneter dan teknologi uang di bank sentral adalah demi memperbaiki kelemahan mereka selama ini dan melihat dengan jelas blockchain sudah mendahuluinya.
Jadi, di masa depan, kripto, termasuk Bitcoin tentu saja akan bersaing ketat dengan uang digital bank sentral, untuk urusan efisiensi waktu dan biaya transfer antara negara. Sedangkan perihal nilai, itu bergantung pada dasar, khususnya soal inflasi Bitcoin versus fiat money. Bitcoin akan jauh lebih langka dan akan lebih bernilai jikalau terus diapresiasi. Sedangkan pasokan uang fiat pada dasarnya tidak terbatas.
4. Akumulasi Kripto Meningkat
Pertempuran keunggulan teknologi blockchain adalah dasar dari semua peningkatan nilai kripto, baik itu sebagai aset ataupun jenis uang elektronik baru.
Kami meyakini, kripto adalah selalu ada bersama kita di sini dan tidak akan pernah padam, karena asas teknologinya akan merasuk ke aspek bisnis yang lebih besar.
Pada muaranya itu akan meningkatkan akumulasi terhadap kripto, sehingga nilai dan harganya bisa lebih tinggi secara bertahap.
Akhirul kata, “time in the market” adalah lebih penting daripada “timing the market“. Istilah pertama adalah seberapa lama Anda ingin di pasar kripto. Bahwa dalam jangka panjang, imbal hasil sangat menarik daripada jangka pendek, maka “timing the market“, bukanlah pilihan, karena sangat sulit meramalkan pergerakan harga dalam rentang waktu yang sangat pendek. [triv]