Berita Crypto Terupdate Hari Ini


Bitcoin Menuju Rp1 Milyar per BTC

Ketika kali pertama Bitcoin menyentuh angka psikologis Rp800 juta, ekonom dan masyarakat awam geleng-geleng kepala tanda heran. Namun dari sisi analisis teknikal itu sangat masuk akal, terlebih-lebih saat ini kita berpotensi besar menuju Rp1 milyar per BTC.

Read more…

Dua Perusahaan Ini Baru Saja Borong Bitcoin

Seperti yang diramalkan sebelumnya, setelah Tesla membeli Bitcoin pada Januari 2021 lalu, perusahaan lain akan mengikuti jejaknya. Kemarin, dua perusahaan lain mengumumkan telah memborong Bitcoin, yakni Meitu asal Tiongkok dan Seetee anak perusahaan raksasa asal Norwegia, Aker ASA.

Read more…

Kinerja Bitcoin dan Stimulus $1,9 Triliun

Apakah harga Bitcoin bisa terdongkrak lebih tinggi lagi gara-gara stimulus $1,9 triliun oleh pemerintahan Presiden Biden nanti?

Sabtu (6/3/2021) tampaknya tercatat sebagai tonggak terpenting dalam sejarah Amerika Serikat, khususnya dalam menangani kemerosotan ekonomi dampak pandemi.

Senat AS yang dikuasai oleh partai Demokrat itu akhirnya mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) stimulus itu. Rancangan diserahkan sebelumnya oleh Pemerintahan Biden.

Pada Selasa pekan depan, RUU itu akan disahkan oleh DPR AS, sebelum berada di meja Biden untuk kemudian ditandatangani.

Di atas kertas, kendati mendapat tekanan dari oposisi, yakni Partai Republik, stimulus maha jumbo itu bakalan digenapi, sehingga sebagian besar warga AS akan mendapatkan bantuan langsung tunai sebesar US$1.400.

Pihak-pihak yang mendapatkan bantuan dana segar itu tentu saja dengan sejumlah syarat, di antaranya berdasarkan jumlah pendapatan tahunan mereka.

Stimulus akan dimulai setidaknya pertengahan Maret 2021 ini ataupun April 2021 mendatang.

Jauh sebelum jalan stimulus itu, ketika pandemi diumumkan oleh WHO pada Maret 2020 lalu, sejumlah pengamat memastikan upaya penerbitan uang dolar baru akan terus terjadi, karena roda ekonomi mandek, konsumsi publik berkurang drastis dan memaksa harga barang dan jasa menjadi murah. Ini yang disebut sebagai deflasi.

Dampak deflasi yang tak terkendali dan dipadukan dengan penambahan uang dolar baru (kebijakan moneter), berpotensi membawa pada inflasi yang buruk, di mana harga barang dan jasa melonjak.

Bertambahnya pasokan fiat money, seperti yang tersemat pada stimulus itu pun disebut-sebut kian menjerumuskan nilai uang dolar secara global, yang sejak tahun 1985 terjun cepat.

Di saat yang sama, ketika nilai fiat money terus tergerus, itu yang memaksa uang stimulus mengalir ke aset-aset yang berisiko tinggi dan memberikan imbal hasil lebih besar daripada saham ataupun obligasi.

Tak heran emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Agustus 2020, tetapi lebih dapat diimbangi oleh imbal hasil Bitcoin.

Sepanjang tahun 2020 misalnya, imbal hasil emas tak sampai 30 persen per troy ons. Sedangkan Bitcoin mampu membuktikan sebagai kelas aset baru bernilai 300 persen. Ini adalah sebuah fakta yang sulit dibantah.

Narasi inflasi buruk dan naiknya harga Bitcoin itulah disadari oleh MicroSrategy dan Tesla. Bahwa nilai saham bersatuan dolar bisa saja terpuruk akibat inflasi dan Bitcoin bisa menjadi penyelamatnya.

Inflasi di dalam negeri AS pun disebut-sebut bisa merambat ke negara lain dan mendorong lahirnya inflasi global.

Itulah yang digemakan oleh Komal Sri-Kumar dari Global Strategies baru-baru ini di CNBC.

“Kita tak tahu pasti kapan inflasi buruk global itu akan datang. Tetapi yang pasti, sejumlah kebijakan moneter oleh bank sentral dan kebijakan fiskal pemerintah akan membawa dampak yang buruk di masa depan. Bahwa penerbitan uang baru ke dalam ekonomi mungkin akan lebih besar,” sebutnya.

Soal inflasi global, Statista pada bulan lalu meramalkan peningkatannya. Sepanjang tahun ini misalnya tingkat inflasi global diperkirakan mencapai 3,39 persen.

Angka itu hampir menyamai pada tahun 2018 yang mencapai 3,59 persen (yang terbesar saat ini dalam satu dekade terakhir). Bandingkan dengan tahun 2015 hanya 2,71 persen.

Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, tingkat inflasi global tak berkurang satu dikit, yakni antara 3,18 persen (2022) dan 3,17 persen (2025). [/]

MicroStrategy Beli Bitcoin Lagi, $15 Juta!

Melalui pembelian itu, MicroStrategy sekali lagi membuktikan betapa tingginya likuiditas uang dolar di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, dampak pandemi. Kini MicroStrategy punya Bitcoin sebanyak 90.859 BTC.

Selain Grayscale, MicroStrategy adalah perusahaan yang paling rajin borong Bitcoin sejak Halving III, tahun 2020. Untuk kategori perusahaan publik, MicroStrategy saat ini yang tercatat memiliki Bitcoin terbanyak di dunia. Pembelian sebelumnya adalah senilai US$1 milyar.

Seperti motifnya terdahulu, MicroStrategy membeli Bitcoin adalah untuk menyelamatkan keuangan perusahaan, termasuk nilai kekayaan para pemegang sahamnya.

Sang CEO, Michael Saylor berusaha meyakinkan pemilik saham, menggunakan uang perusahaan untuk membeli aset digital yang disebutnya sangat mengagumkan itu, selayaknya emas sebagai store-of-value jangka panjang.

Langkah perusahaan teknologi informasi itu pun berhasil menyedot perhatian Tesla dan melakukan hal serupa, membeli Bitcoin senilai US$1,5 milyar. Itu pun tentu saja atas dukungan penuh dari pendiri dan CEO-nya, Elon Musk.

Untuk memaksimalkan raihan keuntungan dan manfaat menabung Bitcoin, tentu saja MicroStrategy tak ingin sendiri.

Secara sistematis dan repetitif, Michael Saylor menyarankan perusahaan publik untuk membeli Bitcoin. Pesannya serupa, belilah Bitcoin agar nilai kekayaan perusahaan dan nilai uang pemilik saham tidak tergerus.

Lihat saja isi cuitan Michael Saylor di Twitter, tak pernah berhenti menggemakan manfaat berinvestasi Bitcoin.

MicroStrategy tentu saja memiliki pertimbangan fundamental atas pembelian itu dan memahami bahwa ekosistem aset kripto di Amerika Serikat justru semakin matang.

Hal itu bisa dilihat dari pemimpin dan calon pemimpin di SEC dan CFTC adalah yang benar-benar paham soal beluk industri aset kripto yang sangat bernilai itu.

Pun lagi, kendaraan investasinya semakin beragam, tak hanya spot market, tetapi derivatif, baik berskala besar seperti di CME dan sejumlah pelaku swasta.

Bahkan di Kanada sudah ada Bitcoin ETF dan di Eropa ada Crypto ETP yang memungkinkan investor masuk ke Bitcoin tanpa membeli Bitcoin aslinya.

Belum lagi dilihat dari rekam jejak MicroStrategy adalah perusahan penyedia analisis data bisnis bagi perusahaan, yang bisa saja menggunakan variabel makro ekonomi untuk memutuskan harus berinvestasi ke mana agar perusahaan tidak rugi.

Bagi Michael Saylor, membeli Bitcoin berguna sebagai tameng kuat untuk melawan inflasi yang buruk di masa depan, akibat banjirnya uang dolar baru yang sangat banyak.

Ke depan, kita akan menyaksikan aksi korporasi lainnya seperti, MicroStrategy dan Tesla untuk membeli Bitcoin. [/]

Lubang Hitam Bitcoin

Bitcoin kini bak lubang hitam yang memiliki gravitasi sangat kuat. Sistem keuangan lama yang dianggap cepat dan kuat serta efisien, terus tersedot masuk ke Bitcoin, lalu berubah bentuk karena berdaptasi. Ini revolusi atau evolusi?

Read more…

Bitcoin Rp851 Juta: Energi Menjadi Aset

Harga Bitcoin yang mencapai Rp851 juta pada dini hari Senin, 22 Februari 2021 adalah pembuktian konkret pengubahan energi menjadi aset. Dalam hal ini energi listrik diubah menjadi aset bernilai tak berwujud, berbentuk digital. Sejauh mana peradaban kita memahami itu?

Read more…

Cerita Motley Fool Membeli Bitcoin Senilai $5 Juta

Seperti yang telah diramalkan, langkah Tesla yang membeli Bitcoin senilai $1,5 milyar, akan diikuti oleh perusahaan lainnya, baik besar dan kecil. Kabar menarik adalah perusahaan media siber Motley Fool (Fool) yang membeli Bitcoin senilai $5 juta. Bagaimana cerita lengkapnya?

Read more…