Nilai kumulatif DeFi (Decentralized Finance) kian menanjak. Selama 90 hari terakhir saja Total Value Locked (TVL)-nya naik dari US$752 juta menjadi US$2 miliar, berdasarkan data terakhir dari DefiPulse. Apa saja pilihan DeFi terbaik yang bisa Anda dulang cuan-nya?
Sektor DeFi alias Decentralized Finance/keuangan desentralistik pada prinsipnya adalah perluasan dari sektor fintech (teknologi keuangan). Perbedaannya hanya pada teknologi yang digunakan dan bagaimana ia diproses: blockchain, smart contract dan aset kripto. Namun ada risiko di dalamnya.
Pasar Bitcoin selama tahun ini, terlebih-lebih karena ekonomi parah terdampak COVID-19 sejak Maret 2020, terpantau berkorelasi cukup erat dengan pasar saham di Amerika Serikat (AS). Bagaimana kita menyikapinya?
Pada 1 Juli 2020 kemarin Pfizer mengumumkan bahwa uji coba vaksin COVID-19 tahap awal telah menghasilkan hasil yang optimis. Kabar itu membuat pasar saham dan Bitcoin naik lebih tinggi, sementara emas jatuh di bawah level psikologis, US$1.800.
Itu adalah contoh teranyar korelasi positif antara pasar saham dengan harga Bitcoin. Artinya, trader Bitcoin praktis mendasarkan analisis fundamental-nya pada situasi eksternal yang bisa berpengaruh kepada pasar saham.
Lantas, seberapa kuatkah argumen masa lampau, bahwa Bitcoin adalah aset lindung nilai, ketika pasar saham turun, sepatutnya harga Bitcoin naik lebih tinggi, tapi yang terjadi adalah berbanding lurus?
“Harga Bitcoin turun, demikian pula indeks pasar saham S&P 500. Pasar saham AS terguncang oleh ekonomi yang buruk. Ini sama seperti Maret 2020 lalu. Ini tak ada hubungannya dengan ‘whales‘, manipulasi di pasar futures ataupun aksi jual Bitcoin oleh pelaku penipuan PlusToken,” katanya.
Korelasi erat antara pasar saham di AS dengan pasar Bitcoin.
Peristiwa itu melemparkan kita pada April 2020 dengan situasi yang serupa. Kala itu terdapat korelasi positif yang bersifat ‘moderat’ antara Bitcoin dan pasar saham AS selama kuartal pertama 2020.
Berdasarkan laporan ini, Bitcoin turun 10 persen selama kuartal itu, tetapi masih mengungguli S&P 500 yang mengalami penurunan 19 persen. Menurut laporan itu, korelasinya cukup tinggi di 0,57.
Emas dan surat utang negara jangka panjang tidak menunjukkan hubungan dengan pasar lain, karena mereka naik masing-masing 8 persen dan 23 persen.
Namun, laporan itu meyakinkan publik, bahwa meskipun Bitcoin menampilkan korelasi positif yang signifikan dengan pasar saham AS pada kuartal pertama 2020, koefisien korelasi tinggi ini tetap sangat tidak mungkin bertahan dalam jangka menengah dan panjang.
Dan hal serupa hadir pada grafik yang disodorkan oleh PlanB itu, bahwa kesamaan gerak ini hanya sementara dan mungkin serba kebetulan.
Pun bisa juga, justru dalam jangka panjang, ketika pandemi ini usai, Bitcoin bisa melambung lebih tinggi sebagai akibat dari inflasi besar gara-gara jumlah uang dolar AS yang beredar di pasar. Ingat, program kebijakan pelonggaran kuantitatif itu terus dilakukan.
Korelasi positif Bitcoin versus pasar saham AS S&P 500 (merah) terjadi sejak Maret 2020. Bitcoin versus Dolar AS (biru) malah berbanding terbalik di rentang waktu serupa. SUMBER: https://coinmetrics.io/
Ini ditegaskan oleh grafik Bitcoin versus dolar AS di atas, bahwa Raja Aset Kripto itu berbanding terbalik dengan nilai dolar AS. [*]
Benar bahwa memang ada asas ideologi dalam penciptaan Bitcoin oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008, hingga ia meluncur kali pertama pada awal tahun 2009. Ideologi itu adalah Bitcoin ditempatkan dan memiliki peran berseberangan dengan fiat money alias uang dan mata uang yang diterbitkan oleh negara melalui bank sentral.
Raksasa layanan keuangan PayPal dirumorkan akan membuka layanan jual-beli Bitcoin dan aset kripto lainnya secara langsung. Ini tak seperti fitur PayPal di sejumlah bursa aset kripto sebagai metode penyetoran, tetapi PayPal berdiri sendiri melayani banyak orang membeli dan menjual aset kripto.
Sekitar 11,4 juta Bitcoin (BTC) senilai Rp1,5 triliun (dengan kurs 23 Juni 2020) disebut dimiliki oleh investor jangka panjang. Ini bisa berdampak pada sentimen positif, mendorong akumulasi lebih lanjut oleh investor retail.
Penangkapan Russ Albert Medlin, buronan FBI di Jakarta beberapa hari lalu menabuhkan persepsi buruk terhadap Bitcoin. Kelas aset baru itu dituding sebagai instrumen utama aksi kejahatan Medlin.
Blockchain Ethereum menuju versi 2.0 kian dinantikan. Kabar terkini adalah 6 perusahaan ikutserta dalam ujicoba blockchain yang kelak berkonsensus Proof-of-Stakes (PoS) itu. Berapa perkiraan imbal hasil yang mereka peroleh sebagai validator?
Sama seperti dolar AS ataupun rupiah, ibarat dua sisi mata pisau, Bitcoin juga mengundang aksi kejahatan. Beberapa bulan terakhir banyak pelaku yang tak dikenal mendulang banyak Bitcoin dengan cara mencatut video Elon Musk. Modusnya adalah giveaway Bitcoin bodong di Youtube.
Goldman Sachs memprediksi harga emas bisa mencapai US$1.800 per ounce (oz) pada tahun depan. Bahkan ada potensi menjadi US$2.000 jika inflasi melaju lebih cepat dari perkiraan. Jikalau itu terjadi, maka setara dengan Rp1 juta per gram.