Category: Trading


Ini Peluang dan Ancaman terhadap Harga Bitcoin

Mungkin agak lebay jikalau mengatakan ini: Bitcoin yang sudah naik lebih dari US$12 ribu sangat istimewa, karena bertepatan di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Jikalau pun tidak lebay, anggap saja sebagai cara mudah pengingat sejarah, bahwa setelah tanggal itulah, kelak Bitcoin bakal naik lebih tinggi lagi. Berapa?

Read more…

Setelah MicroStrategy Membeli Bitcoin

Menurut kami, langkah perusahaan raksasa asal Amerika Serikat, MicroStrategy yang membeli 21.454 Bitcoin pada pekan lalu adalah tonggak sejarah penting dalam dunia teknologi blockchain dan aset kripto. Ya, kami setuju langkah itu akan diikuti oleh perusahaan lain, ketika kesadaran dan literasi terhadap Bitcoin semakin pekat.

Read more…

Menakar Peluang dan Risiko Aset Kripto di DeFi

Sektor DeFi alias Decentralized Finance/keuangan desentralistik pada prinsipnya adalah perluasan dari sektor fintech (teknologi keuangan). Perbedaannya hanya pada teknologi yang digunakan dan bagaimana ia diproses: blockchain, smart contract dan aset kripto. Namun ada risiko di dalamnya.

Read more…

Antara Denmark, Jerman dan Bitcoin Itu

Beda negara, beda pula terapan hukumnya, bahkan bisa masuk ke ranah pribadi. Itulah yang terjadi di Denmark baru-baru ini. Pengadilan di negeri itu, pada 2 Desember 2019 memutuskan bahwa Bank Nordea boleh melarang karyawannya untuk membeli dan menjual Bitcoin. Padahal kalau diukur dengan akal sehat, masalah jual beli aset bernilai adalah ranah privat. Artinya siapapun, termasuk perusahaan, sejatinya tidak boleh melarang. Tapi, itulah keputusan hakim.

Awal kisah ini bermula dari tuntutan hukum oleh Serikat Karyawan Bisnis Keuangan Denmark beberapa waktu lalu di pengadilan setempat. Mereka menuntut pihak Bank Nordea agar menghentikan peraturan larangan membeli-menjual Bitcoin.

Pihak perusahaan beralasan, larangan itu “terukur”, karena Bitcoin lazim digunakan untuk pembiayaan aksi terorisme dan perdagangan gelap di Internet, termasuk pencucian uang.

Saking anehnya peraturan itu, si karyawan bank juga dilarang membeli dan menjual Bitcoin atas nama orang lain. Bagi yang ketahuan dipastikan dapat dikenai sanksi atau pemecatan.

Keputusan hakim itu tentu saja bisa dijadikan acuan lain oleh hakim lain dengan kasus serupa oleh pihak bank lain di Denmark.

Tak sampai di situ saja. Karyawan bank itu hanya diperbolehkan berinvestasi pada produk keuangan berbasis aset kripto yang dikeluarkan oleh bank. Itupun jumlahnya dibatasi dan harus mempunyai alasan bisnis tertentu.

Nah, ironisnya adalah Nordea Bank pernah disangka terlibat dengan aksi pencucian uang pada tahun 2017 silam. Saat ini kasus tersebut masih diselidiki.

Namun ada kemungkinan, pihak penuntut, yakni serikat karyawan tersebut, bisa naik banding ke pengadilan lebih tinggi untuk mempertahankan argumen mereka. Bisa jadi hakim berkeputusan berbeda.

Bank Jerman Bisa Jual-Beli Bitcoin
Tak jauh dari Denmark, ada Jerman sebagai negara terkaya di Benua Eropa yang lebih ramah terhadap Bitcoin. Belum lama ini parlemen jerman sudah mensahkan undang-undang anti pencucian uang yang baru, di mana dalamnya ada peraturan yang memungkinkan semua bank di Jerman menjual Bitcoin kepada nasabahnya.

Sebelumnya, untuk melakukan itu, bank harus menggunakan jasa pihak ketiga atau anak perusahaan yang bersifat independen. Tapi, dengan peraturan baru itu, bank di Jerman bisa secara langsung menjual Bitcoin kepada nasabahnya. Peraturan itu akan berlaku mulai kuartal pertama tahun 2020.

Kendati sama-sama di Eropa, perlakuan Bitcoin oleh bank di Denmark dan di Jerman jelas sangat berbeda. Jerman barangkali lebih cerdas untuk “mengendalikan” Bitcoin agar lebih memberikan pemasukan lebih besar ke kas negara. Maklumlah, ekonomi Jerman saat ini sedang ketar-ketir akibat pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang melemah.

Jerman lebih melihat peluang besar dari Bitcoin. Daripada melarang Bitcoin, lebih baik merangkulnya, mungkin itu di benak orang Jerman. [*]

Pakai Blockchain, 3 Negara Ini Kurangi Ketergantungan Terhadap Dolar AS

Saat ini masih banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia, sangat tergantung pada uang dolar AS. Dan ini berlangsung selama puluhan tahun. Selain digunakan untuk perdagangan luar negeri, uang dolar AS juga digunakan sebagai cadangan devisa sebuah negara, guna menjamin kestabilan ekonominya. Tak heran, nilai dolar AS terus tinggi terhadap mata uang negara lain, kendati tingkat inflasi uang dolar itu sendiri sudahlah tinggi. Negara lain mencoba mengatasi itu, salah satunya adalah dengan menerbitkan versi digital mata uangnya, menggunakan teknologi blockchain. Read more…